"Untuk itu, pemerintah harus berupaya maksimal dalam menjaga keberlanjutan penguatan pemulihan ekonomi nasional dan mendesain APBN 2023 agar memiliki fleksibilitas sebagai instrumen stabilisasi atau shock absorber dalam melindungi daya beli masyarakat miskin dan rentan, serta menjaga pemulihan ekonomi nasional yang semakin kuat," tegas Sri.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa kondisi global saat ini diwarnai oleh berbagai tantangan, mulai dari kenaikan inflasi di negara-negara maju, pelemahan nilai tukar negara-negara emerging, stagflasi, hingga potensi resesi di tahun 2023 .
Meski begitu, dia mengingatkan gejolak ekonomi global saat ini tidak untuk membuat khawatir dan gentar, justru memberikan sense bahwa perekonomian tahun ini maupun tahun depan harus dapat diantisipasi dan dikelola dengan prudent dan hati-hati.
"APBN 2023 tentu terus diharapkan menjadi instrumen efektif dalam penjaga perekonomian, namun APBN 2023 jelas akan terus diuji dengan gejolak ekonomi yang tidak mudah dan belum mereda," ujar Sri
(FRI)