"Volatilitas dan ketidakpastian global telah melemahkan kegiatan ekspor, impor serta mendorong aliran modal keluar atau capital outflow yang pada gilirannya mengancam stabilitas nilai tukar, meningkatkan tekanan inflasi dan menyebabkan suku bunga global tetap tinggi," ujarnya dalam Rapat Paripurna DPR Perkembangan APBN, Jakarta, Selasa (20/5/2025).
Sri Mulyani secara khusus menyoroti kebijakan pengenaan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat (AS) kepada 145 negara mitra dagangnya yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pada 2 April 2025.
Kebijakan ini, kata dia, setara dengan tingkat tarif ekstrem tinggi yang dilakukan AS 125 tahun yang lalu, seolah memutar balik jarum sejarah dunia ke abad ke-16 hingga ke-18 saat merkantilisme mendominasi. Situasi ini memicu berbagai perubahan tatanan sosial, politik, dan ekonomi di berbagai negara.
Meski demikian, Sri Mulyani juga mencatat perkembangan positif dalam dua minggu terakhir, yaitu kesepakatan dagang antara AS dan Inggris serta dimulainya negosiasi dagang antara AS dan China yang menghasilkan 'jeda perang tarif'.