sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sri Mulyani Klaim Pemulihan APBN RI Luar Biasa Cepat, Kalahkan China dan Malaysia

Economics editor Michelle Natalia
30/05/2023 14:27 WIB
Indonesia berhasil memulihkan APBN dari -6,1% ke -2,4% yang terwujud hanya dalam periode kurang dari 3 tahun.
Sri Mulyani Klaim Pemulihan APBN RI Luar Biasa Cepat, Kalahkan China dan Malaysia. (Foto: MNC Media)
Sri Mulyani Klaim Pemulihan APBN RI Luar Biasa Cepat, Kalahkan China dan Malaysia. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Ekonomi Indonesia perlahan-lahan pulih kembali. Terutama setelah meredanya pandemi Covid-19.

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa Indonesia, bahkan sebelum pandemi COVID-19, sebenarnya sudah berada dalam posisi APBN dengan defisit yang mengecil di 1,8%. Bahkan pada waktu itu, keseimbangan primer mendekati seimbang.

"Lalu Indonesia dihadapkan pada pelemahan ekonomi dunia di 2019, yang selanjutnya dipukul oleh pandemi COVID-19. Kita melebarkan defisit hingga 6,1% dari PDB, negatif," ungkap Sri dalam Rapat Kerja Banggar DPR RI dengan pemerintah di Jakarta, Selasa (30/5/2023).

Meski begitu, Indonesia berhasil memulihkan APBN dari -6,1% ke -2,4% yang terwujud hanya dalam periode kurang dari 3 tahun.

"Ini adalah konsolidasi yang luar biasa cepat," kata Sri. 

Negara lain juga menghadapi pandemi yang luar biasa. Sehingga akun defisitnya melebar dan rata-rata lebih tinggi. 

"Misalnya di sini Malaysia yang lebih rendah -4,9% defisitnya dan Thailand di -4,7% sementara Indonesia -6.1%. Tapi, bahkan negara yang kuat seperti China dalam hal ini defisitnya mencapai -9,7%," tambahnya. 

Selain itu, India yang tadinya pertumbuhannya lebih tinggi dari Indonesia, dan China tumbuh lebih tinggi dari Indonesia selama 10 tahun, juga menggunakan defisit fiskal yang jauh lebih agresif, yaitu defisit pada saat terjadinya pandemi mencapai -12,9%. 

Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) tentunya dengan kemampuan mereka untuk mengisukan surat utang yang begitu besar dan pembelinya tersebar di seluruh dunia, mereka mampu untuk mencapai defisit -14%.

"AS sekarang menghadapi defisit di angka -5,5% dan mereka juga dalam kondisi politik untuk menjelaskan apakah cap atau batas dari jumlah utang bisa dinaikkan. Karena, kalau tidak, mereka harus konsolidasi yang makin agresif," sambung Sri. 

Dalam konteks ini, dia mengatakan Indonesia tidak terkecuali merasakan hal yang sama. Tetapi speed dan level konsolidasi Indonesia jauh lebih cepat.

Bahkan jika melihat Malaysia dan Thailand, pasca pandemi 2020 justru defisitnya bukan menurun tapi meningkat.

Defisit Thailand dari -4,7% ke -5,5% dan Malaysia dari -4,9% ke -5,3%. Kemudian, China membaik tetapi juga masih di -7,5%. Untuk India yang tadi pertumbuhannya tinggi, dibayar dengan defisit yang masih sangat lebar di -9,6%.

"Ini untuk menggambarkan bahwa instrumen fiskal di seluruh dunia digunakan dan memang harus hadir dalam melindungi ekonomi negara masing-masing, namun kita akan upayakan APBN secara aktif dan efektif namun tetap hati-hati," pungkas Sri. 

(FRI)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement