Selain itu, dampak dari kebijakan ini juga terasa pada nilai tukar rupiah. Sri Mulyani mencatat bahwa kurs rupiah melemah menjadi Rp16.162 per USD pada akhir 2024, setelah Trump dilantik kembali sebagai Presiden AS.
Tekanan terhadap mata uang nasional ini berlanjut hingga Februari 2025, dengan kurs rupiah mencapai Rp16.309 per USD.
"Gejolak ini dirasakan seluruh dunia dan ini terefleksikan dalam kurs rupiah yang terus mengalami tekanan," katanya.
Dampak lain juga terlihat pada imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) yang meningkat seiring memanasnya perang dagang antara AS, China, Kanada, dan Meksiko. Namun, Sri Mulyani menyebut posisi Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara lain.
"Pada 2024, yield kita berada di 6,8 persen untuk SBN tenor 10 tahun dan end of period-nya di 7 persen," kata dia.