"Bakal berapa banyak negara yang masuk krisis default, yang nantinya juga masuk ke kondisi ekonomi? Ini kondisinya semakin rumit, ekonomi global jadi semakin kompleks," ucap Sri.
Kompleksitas ekonomi global ini juga dikarenakan risiko stagflasi dari inflasi yang tinggi dan resesi. Dia menyoroti kondisi fiskal di banyak negara yang sudah hampir habis karena sebelumnya dipakai dalam krisis keuangan 2008-2009, dan kemudian dipakai lagi untuk menghadapi pandemi COVID-19.
"Ini adalah konteks yang sedang dan akan terus kita kelola hari ini dan 2023, bahkan kemarin pembahasan persoalan kompleks ini akan berlanjut ke 2024. Ini kemudian berdampak pada proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang terkoreksi. IMF memangkas proyeksi ekonomi global menjadi 2,7% tahun depan, dari yang sebelumnya 2,9%," pungkasnya.
(SAN)