"Namun kita memahami pergerakan suku bunga global higher for longer, ketegangan geopolitik yang menimbulkan fragmentasi investasi dan perdagangan, dan berbagai potensi disrupsi termasuk climate change tentu akan memengaruhi aktivitas investasi pada 2025. Yang menurut kami pertumbuhannya ada pada kisaran 5,2 hingga 5,9%," jelas Sri Mulyani.
Dari sisi eksternal, kontribusi ekspor terhadap PDB di dalam satu dekade terakhir rata-rata adalah 21% per tahun, sementara impor 20% per tahun, sehingga net ekspor, yaitu ekspor dikurangi impor berkontribusi 1% pada perekonomian nasional.
"Ke depan ekspor akan sangat dipengaruhi outlook dari perekonomian global, terutama perekonomian di China yang terus mengalami perubahan structural, perekonomian di AS dan Eropa yang memiliki dinamika tersendiri," jelasnya.
Menurut Sri Mulyani, outlook perekonomian global 2024 dan 2025 ini berdasarkan rilis IMF April 2024 adalah dalam kondisinya stagnan 3,2%.
Dengan mempertimbangkan kinerja historis dan kondisi global, ekspor diperkirakan akan tumbuh antara 5-5,7%, sementara impor antara 4,3-4,9%. Agregat demand atau permintaan agregat lain adalah peranan pemerintah di dalam produk domestik bruto, dalam bentuk konsumsi pemerintah dan juga dalam investasi.
Dengan defisit APBN yang dirancang antara 2,45-2,82%, konsumsi pemerintah dan investasi pemerintah diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,7-5,2%.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI
Dengan berbagai faktor dan dinamika tersebut, pertumbuhan PDB pada 2025 diperkirakan pada kisaran 5,1-5,5%. Hal ini merupakan sebuah range pertumbuhan yang cukup ambisius namun tetap realistis.
"Kami sangat menyadari bahwa untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2025, diperlukan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi antara 6 hingga 8% dengan kualitas dan inklusivitas yang perlu terus diperbaiki," ungkap Sri Mulyani.