Tak hanya itu, Sri menyebutkan bahwa Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menggunakan data dari lembaga kredibel di bidang minyak terkait prediksi harga minyak mentah dunia, seperti International Energy Agency (IEA) hingga konsensus Bloomberg.
Berdasarkan dua lembaga itu, dia menyebut paling tidak ada dua faktor dominan yang mempengaruhi harga minyak dan komoditas tahun depan. Dari kedua faktor itu, dia memproyeksi harga minyak tahun depan tak lebih dari USD100 per barel.
"Seandainya outlook negara maju masuk ke resesi, tapi permintaan minyak turun, maka harga minyak dunia diproyeksikan tidak akan mencapai USD100 per barel," imbuhnya.
(FRI)