Melansir dari Bloomberg, pabrik-pabrik petrokimia China dilaporkan menjamur di sepanjang pantai timur negara tersebut selama satu dekade terakhir.
Pabrik ini dibangun sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan China akan plastik dan membantu perusahaan minyak menyerap kelebihan pasokan bahan bakar seiring dengan semakin populernya kendaraan listrik.
Sayangnya, output volume produksi yang besar dan permintaan yang lesu pasca pandemi Covid-19 membuat margin keuntungan yang diperoleh sangat tipis.
Namun demikian, perusahaan tetap melakukan produksi dengan harapan dapat mempertahankan pangsa pasar yang ada.
“Kelebihan kapasitas bahan kimia di China tampaknya merupakan risiko yang kurang diperhatikan dalam sektor ini. Industri di negara-negara Barat meremehkan volume dan kualitas kelebihan kapasitas yang mungkin terjadi,” tutur Michal Meidan, direktur program Riset Energi China di Oxford Institute for Energy Studies.