“Peran perbankan internasional menjadi semakin krusial seiring rencana ekspansi ke pasar ASEAN dan meningkatnya kompleksitas dagang lintas negara. Perusahaan Indonesia membutuhkan dukungan likuiditas dan manajemen risiko untuk tetap bisa tumbuh dalam ketidakpastian,” ujar Delia.
Sementara itu, Regional Head of Global Trade Solutions Asia HSBC, Aditya Gahlaut, menilai bahwa perusahaan di Asia mulai beradaptasi dengan kondisi baru.
“Kekhawatiran sedikit mereda, tetapi perusahaan tetap waspada terhadap berbagai risiko. Meredanya ketidakpastian tarif memampukan perusahaan Asia untuk mengambil keputusan lebih tepat dan merencanakan bisnis di masa depan,” kata Aditya.
Dengan demikian, HSBC mencatat, dengan meredanya ketidakpastian tarif, dampak gangguan rantai pasok terhadap pendapatan perusahaan Asia diproyeksikan menurun menjadi 13 persen, dari posisi 18 persen pada survei enam bulan sebelumnya.
(Febrina Ratna Iskana)