IDXChannel - Negeri nan indah Selandia Baru harus menelan pil pahit resesi karena ketidakpastian ekonomi. Selandia Baru secara resmi memasuki resesi dengan ekonomi menyusut 0,1%.
Kondisi Selandia Baru menyusul kondisi Jerman, termasuk beberapa negara Uni Eropa lainnya, yang juga telah mengalami resesi teknikal pada kuartal pertama tahun ini.
Suatu negara dikatakan memasuki resesi teknis hanya ketika produk domestik bruto (PDB) menyusut selama dua kuartal berturut-turut.
Selandia Baru memenuhi kriteria ini dengan PDB turun 0,1% pada kuartal Maret 2023, setelah penurunan 0,7% pada kuartal Desember 2022. (Lihat grafik di bawah ini.)
Penurunan ekonomi diperparah oleh dampak cuaca ekstrem yang melanda negara itu selama Februari hingga Maret lalu. Kondisi ini menghancurkan beberapa daerah penghasil buah dan sayuran utama di Selandia Baru dan menyebabkan kerusakan luas pada jaringan infrastruktur.
Diketahui negara ini cukup bergantung pada sektor pertanian. PDB dari Pertanian di Selandia Baru mengalami penurunan menjadi NZD3,28 miliar pada kuartal pertama 2023 dari sebelumnya mencapai ND3,29 miliar pada kuartal keempat 2022.
Inflasi juga menjadi salah satu pemicu lambatnya pertumbuhan ekonomi Selandia Baru. Tingkat inflasi tahunan di Selandia Baru sebesar 6,7% pada kuartal pertama 2023. Angka ini turun dari kenaikan 7,20% pada kuartal keempat 2022.
Ini sebenarnya menjadi kenaikan terkecil terkait harga konsumen sejak kuartal keempat 2021 karena harga naik dengan kecepatan yang lebih lambat.
Namun, selama setahun terakhir, harga pangan telah meningkat tajam, membuat pengeluaran rumah tangga tetap tinggi.
Tetapi daya beli untuk barang, termasuk bahan makanan, menyusut pada kuartal terakhir, karena rumah tangga mengatur biaya sebagai tanggapan atas kenaikan suku bunga.
Selama kuartal pertama tahun ini, dilaporkan ada peningkatan 2,4% dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga, didorong oleh pengeluaran warga Selandia Baru lebih banyak untuk perjalanan internasional.
Sebaliknya, rumah tangga membelanjakan lebih sedikit untuk membeli barang, khususnya makanan, bahkan ketika harga makanan tersebut semakin meningkat.
Menurut data indeks harga yang dirilis pada Rabu (14/6/2023), harga bahan makanan naik 12,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan harga buah dan sayuran naik 18,4%
Untuk menghadapi kondisi ini, bank sentral negara tersebut, Reserve Bank of New Zealand menaikkan suku bunga resmi (OCR) selama pertemuan Mei sebesar 25bps menjadi 5,5% dan menjadi yang tertinggi sejak Desember 2008.
Ini menjadi kenaikan suku bunga ke-12 berturut-turut, sejalan dengan konsensus pasar, karena inflasi konsumen masih terlalu tinggi dengan banyak ukuran ekspektasi inflasi yang tetap tinggi.
Sementara itu, indikator ketenagakerjaan terus berada di jalur yang meningkat, dan imigrasi yang tinggi juga menambah permintaan dalam perekonomian.
Bulan Maret 2023 juga menjadi bulan topan Hale dan Gabrielle meluluh lantahkan pertanian Selandia Baru.
“Peristiwa cuaca buruk yang disebabkan oleh siklon ini berkontribusi terhadap jatuhnya hortikultura dan layanan dukungan transportasi,” kata manajer umum wawasan ekonomi dan lingkungan Jason Attewell.
Pemogokan guru yang bergulir juga berkontribusi pada penurunan kinerja ekonomi Selandia Baru. Ini karena jadwal mengajar yang lebih sedikit menyebabkan jatuhnya layanan pendidikan dasar dan menengah.
Kontraksi ekonomi yang terjadi ini telah melampaui apa yang telah diantisipasi oleh Reserve Bank of New Zealand di awal tahun.
Bank sentral Selandia Baru ini memperkirakan pertumbuhan PDB 0,3% untuk kuartal Maret dan ekonomi akan berkontraksi sedikit setelahnya.
Reserve Bank of New Zealand sebelumnya mengatakan berharap untuk merekayasa resesi dangkal dengan pendaratan lunak atau soft landing karena berulang kali menaikkan suku bunga resmi dalam upaya untuk memperlambat inflasi.
Awal pekan ini, Dana Moneter Internasional (IMF) mengeluarkan penilaian terbaru tentang kesehatan keuangan Selandia Baru, dengan mengatakan negara ini sedang berada di tengah-tengah pelambatan kebijakan yang diperlukan setelah pemulihan pasca-pandemi yang kuat.
IMF mengatakan bahwa Selandia Baru telah pulih lebih cepat daripada kebanyakan ekonomi negara maju lainnya berkat manajemen pandemi yang berhasil.
Namun, kondisi ini dibarengi dengan overheating ekonomi dan diperkirakan akan menyebabkan ekonomi akan terus melambat dalam waktu dekat. (ADF)