sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Taliban Berkuasa, Ekonomi Afghanistan Diprediksi Makin Lumpuh

Economics editor Nanang Wijayanto
25/08/2021 06:39 WIB
Taliban yang merebut kekuasaan Afghanistan telah mendorong salah satu negara termiskin dunia menjadi pusat perhatian.
Taliban Berkuasa, Ekonomi Afghanistan Diprediksi Makin Lumpuh (FOTO:MNC Media)
Taliban Berkuasa, Ekonomi Afghanistan Diprediksi Makin Lumpuh (FOTO:MNC Media)

Menurut Organisasi Perdagangan Dunia, Afghanistan mengekspor barang senilai USD783 juta pada 2020, penurunan hampir 10% dibandingkan tahun 2019. Buah-buahan kering, kacang-kacangan, dan tanaman obat merupakan sebagian besar ekspor, terutama ke India dan Pakistan. Tetapi impor minyak, makanan, dan mesin yang besar berarti Afghanistan mengalami defisit perdagangan yang amat besar. 

Meskipun memiliki salah satu tingkat utang terendah di dunia relatif terhadap PDB, Afghanistan dianggap berisiko tinggi gagal bayar bahkan sebelum gejolak saat ini, mengingat ketergantungannya yang tinggi pada hibah dan pinjaman lunak yang menyumbang sekitar sepertiga dari PDB. 

Selain kemelut politik dan keamanan di dalam negeri, pandemi COVID-19 membuat keuangan negara tersebut semakin terpuruk. Untuk pemulihan ekonomi Afghanistan dari pandemi, IMF pada bulan November menggelontorkan USD370 juta melalui fasilitas kredit yang diperpanjang, ditindaklanjuti dengan janji donor internasional sebesar USD12 miliar dalam bentuk bantuan sipil. 

IMF mengatakan pada hari Rabu bahwa Afghanistan tidak akan dapat mengakses sumber daya IMF, termasuk alokasi baru cadangan Hak Penarikan Khusus, karena ketidakpastian atas pengakuan pemerintah Taliban. Selain IMF dan pemberi pinjaman multilateral lainnya, Arab Saudi dan Kuwait termasuk di antara kreditur bilateral. 

Berdasarkan laporan IMF, stok utang luar negeri resmi Afghanistan diproyeksikan mencapai USD1,7 miliar pada 2021, sekitar 8,6% dari PDB. Tingkat utang tetap relatif rendah sejak negara tersebut menerima keringanan utang lebih dari satu dekade lalu di bawah Inisiatif Negara-Negara Miskin Berutang Besar (HIPC), serta pembatalan utang tambahan dari kreditur Paris Club. 

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement