Adapun komoditas minyak nabati dari kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) masih menjadi andalan ekspor nasional. Sepanjang tahun ini, tercatat ekspor CPO sebesar USD 33,6 miliar naik dari tahun lalu yang hanya menyentuh USD27 miliar.
"Paling besar adalah produk minyak nabati HS 15 yaitu kelapa sawit. Kita ini menjual kira-kira USD27 miliar pada tahun 2020. Pada bulan oktober ini saja sudah menjual USD33,6 miliar, jadi harga kelapa sawit ini sekarang lebih dari USD1.250 dan ini akan naik lebih dari USD1.500 pada tahun depan," ujarnya.
Kemudian, komoditas lain yang juga mencatatkan hasil positif yakni besi baja. Pada 2021, ekspor baja tembus USD10,86 miliar. Sebagian besar atau sebanyak 69 persen diekspor ke China dengan nilai mencapai USD7,5 miliar.
Menurutnya, melonjaknya ekspor baja ke China mampu memperbaiki defisit neraca perdagangan dengan Negeri Tirai Bambu. Bahkan, capaian itu menjadi rekor terbaik sejak 2008-2009 yang tidak pernah kurang dari USD12 miliar melalui satu produk.
"Jadi ini adalah prestasi luar biasa, dan ini adalah komitmen dari pemerintah untuk memastikan tidak ada penjualan barang mentah dari Indonesia terutama dari komoditas pertambangan. Ini merupakan komitmen yang sangat penting," ungkapnya. (NDA)