Akibatnya nilai utang Garuda membengkak. Kinerja keuangan GIAA yang buruk juga terjadi sejak beberapa tahun sebelum pandemi. Itu karena ada mismanagement.
Menurutnya, tugas semacam itu harusnya didukung oleh financing yang sebagian besarnya berasal dari APBN. Namun, negara memiliki keterbatasan anggaran, maka BUMN pub mencari alternatif financing melalui instrumen utang.
"Ke depan perlu restrukturisasi BUMN terutama sisi financing, dimana, portofolio utang harus dikurangi. Caranya dengan memanfaatkan lebih banyak pendanaan yang bersifat ekuitas, misal melalui pendanaan via LPI," tutur dia. (TIA)