IDXChannel - Masa pandemi corona virus disease 2019 atau Covid-19 turut memukul aktivitas ekonomi di Sulawesi Utara (Sulut) di sepanjang tahun 2020. Dampak pembatasan aktivitas sosial ekonomi juga tercermin dari pola inflasi yang berbeda pada Triwulan II-2020 dan cenderung berlanjut pada Triwulan III-2020.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sulut, Arbonas Hutabarat, mengatakan perekonomian Sulut pada tahun 2020 terkontraksi sebesar 0,99 persen (yoy), menurun cukup dalam dibandingkan tahun 2019 yang masih tumbuh sebesar 5,66 persen (yoy).
Tekanan inflasi kata Arbonas cenderung meningkat pada Triwulan IV-2020, hal ini sejalan dengan pemulihan konsumsi rumah tangga. Peningkatan aktivitas sosial ekonomi masyarakat mendorong adanya peningkatan realisasi permintaan sehingga mendorong tekanan inflasi Kelompok Makanan dan Minuman serta Tembakau.
"Peningkatan mobilisasi masyarakat juga mendorong tarif angkutan udara yang cenderung meningkat terutama pada bulan November-Desember 2020," kata Arbonas, dalam sambutannya pada acara High Level Meeting TPID Provinsi Sulut, Rabu (31/3/2021).
Terdapat tiga lapangan usaha utama yang terkontraksi sebagai dampak pandemi Covid-19 di Sulut yaitu perdagangan, transportasi, dan konstruksi. Hal ini yang menyebabkan perekonomian Sulut terkontraksi cukup dalam.