Genomik akan dimanfaatkan untuk memilih bibit sapi dengan sifat unggul, seperti tahan panas, tahan penyakit, serta memiliki produktivitas susu dan daging yang tinggi.
"Ini dalam rangka perbaikan bibit ternak kita, khususnya untuk sapi perah maupun juga sapi pedaging. Karena kalau menggunakan teknologi konvensional membutuhkan waktu yang cukup panjang. Dengan teknologi genomik ini kita bisa mempersingkat," kata Agung.
"Nanti hasilnya bibit yang genomiknya sudah cukup baik kita perbanyak lagi dengan program inseminasi buatan. Dan inilah salah satu upaya kita untuk mempercepat produksi bibit-bibit yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi yang ada di Indonesia," lanjutnya.
Lebih jauh Agung berharap langkah ini dapat menjadi terobosan dalam mencapai swasembada daging dan susu, serta meningkatkan efisiensi sektor peternakan di tengah tantangan iklim tropis dan penyakit hewan yang kerap mengganggu produktivitas.
"Dan di sini bisa dipetakan genomik ini, yang mana yang kita mau pilih. Kalau sapi perah misal genomiknya jelek ya lebih baik kita gemukkan untuk dipotong. Begitupun sapi pedaging kita cari yang tahan penyakit, reproduksi bagus, dan seterusnya," kata dia.
(Nur Ichsan Yuniarto)