sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Transisi Energi Butuh Rp3.500 Triliun? Pengamat: EBT Tak Semahal yang Dibayangkan

Economics editor Athika Rahma
15/12/2021 15:17 WIB
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa berpendapat, anggaran jumbo ini berkaitan dengan persepsi investor soal pembangkit energi hijau di Indonesia.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa berpendapat, anggaran jumbo ini berkaitan dengan persepsi investor soal energi hijau di Indonesia. (Foto: MNC Media)
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa berpendapat, anggaran jumbo ini berkaitan dengan persepsi investor soal energi hijau di Indonesia. (Foto: MNC Media)

Lanjut Fabby, tidak semua energi terbarukan butuh dana yang besar. Misalnya saja, harga listrik dari pembangkit surya dan angin, saat ini sudah turun drastis. Tercatat, saat ini harga listrik PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) tanpa baterai telah mendekati USD 3,5 sen hingga USD 3,6 sen per kWh, turun dari satu dekade lalu yang nilainya masih USD 30 sen per kWh (tanpa baterai). 

"Yang mahal itu PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi) yang selama ini justru dapat fasilitas insentif dari pemerintah," katanya. 

Oleh karenanya, Fabby menyarankan agar pemerintah membuat kebijakan investasi energi hijau yang atraktif supaya investor yakin dalam berinvestasi. 

"Yang harus dilakukan pemerintah buatlah investasi energi terbarukan lebih mudah, menarik, dengan cara turunkan risiko-risikonya," kata Fabby. (TIA)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement