sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Tutupnya Toko Buku Gunung Agung dan Potret Lesunya Industri Penerbitan

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
22/05/2023 16:34 WIB
PT GA Tiga Belas atau Toko Buku Gunung Agung menyatakan akan menutup seluruh toko atau outletnya pada akhir 2023.
Tutupnya Toko Buku Gunung Agung dan Potret Lesunya Industri Penerbitan. (Foto: Gunung Agung)
Tutupnya Toko Buku Gunung Agung dan Potret Lesunya Industri Penerbitan. (Foto: Gunung Agung)

Orang Indonesia juga paling gemar membeli barang-barang elektronik dengan presentase 64%. Dibanding buku, orang Indonesia juga lebih senang membeli makanan dan minuman sebanyak 57%. Adapun presentase orang yang membeli buku hanya mencapai 45%. 

Ini menjadi alasan kuat mengapa industri percetakan dan toko buku sulit untuk bertahan mengandalkan penjualan buku secara murni. Realitas ini menunjukkan bahwa hukum permintaan dan penawaran di industri perbukuan tidak berjalan seimbang.

Potret ini juga menunjukkan bahwa minat baca dan angka literasi warga RI bisa dikatakan minim.

Di tambah lagi, digitalisasi telah mendorong pergeseran kebiasaan orang dalam membaca. Buku fisik menjadi barang yang langka di tengah era gempuran gadget dan kemudahan akses informasi.

Jika menelisik negara lain, India adalah peringkat nomor satu negara yang masyarakatnya menghabiskan banyak waktu untuk membaca. Berdasarkan laporan World Population Review 2022, warga India menghabiskan sekitar 10 jam dan 42 menit waktu untuk membaca per minggu. Ini sama dengan 556,4 jam per tahun.

Negara tetangga di ASEAN, Thailand menduduki peringkat nomor dua dengan tingkat membaca mingguan total 9 jam dan 24 menit atau sekitar 488,8 jam per tahun.

China, negara ekonomi terbesar kedua dunia menghabiskan waktu untuk membaca sekitar 8 jam seminggu atau 416 jam per tahun.

Adapun negara Asia Tenggara lainnya, yakni Filipina menghabiskan waktu membaca 7 jam 36 menit per minggu setara dengan 395,2 jam per tahun.

Sementara negara yang membaca dan membeli buku terbanyak masih diduduki oleh Amerika Serikat (AS). Masyarakat AS membaca sekitar 275.232 buku per tahun dan membentuk 30% pangsa pasar pembeli buku.

China berada di urutan ke dua dengan masyarakat yang membeli buku rata-rata 208.418 buku per tahun yang mencakup 10% pangsa pasar buku.

Di urutan ketiga ada Inggris dengan masyarakatnya membaca sekitar 188.000 buku setiap tahun. Rekor penjualan buku di negeri ini mencapai sedikitnya 212 juta.

Di urutan empat ada Jepang yang warganya membaca rata-rata 139.078 buku per tahun dan menyumbang sekitar 7% dari total pangsa pasar buku.

Ini menjadi kenyataan pahit sekaligus ironis, di mana banyak negara besar memiliki ketergantungan yang tinggi dalam hal membaca dan membeli buku, sementara industri buku di RI justru harus mati secara perlahan. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement