IDXChannel - Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) seringkali kesulitan mendapatkan dana untuk tambahan modal. Pasalnya, sebagian dari pelaku UMKM tidak memiliki akses bank.
Inilah yang masih menjadi tantangan industri keuangan di Tanah Air. Country Manager of Jenfi Indonesia, Fachri Bayu mengatakan, semakin berkembangnya era digital sudah pasti sejalan dengan aset pelaku UMKM yang semakin kecil.
"Kalau misalkan kita lihat dari bank atau konvensional option lainnya, mereka menggunakan kolateral dan ini hal yang sangat menyulitkan mereka. Karena bisnis kecil, biasanya tidak ingin memiliki jaminan atau agunan dan nilai kolateral lainnya sangat membebankan mereka," ujar Fachri dalam program New Power Breakfast di IDX Channel, Senin (5/9/2022).
Dia menjelaskan, Jenfi memberikan tiga hal. Pertama, adalah dana fast funding atau dana cepat hanya nol sampai dua hari untuk melakukan pencairan.
"Lalu kami melakukan yang paling penting dari konsep kami adalah revenue base financing atau pendanaan berbasis pendapatan. Jadi usaha dari UMKM itu dapat berjalan lurus dengan pertumbuhannya," jelasnya.
Kemudian yang terakhir menurutnya, pihaknya tidak membutuhkan kolateral atau jaminan untuk UMKM.
"Untuk UMKM kami hanya membutuhkan rekening koran dan laporan keuangan selama 6 bulan terakhir. Jadi dari sana saja kami sudah melihat beberapa poin atau parameter dalam assessment-nya," terang Fachri.
Menurutnya, Jenfi memberikan pinjaman pendanaan dengan rentang sebesar Rp100 juta sampai dengan USD1 juta.
"Untuk saat ini dari awal kami launch di Juni itu sudah ada ratusan UMKM dan startup di Indonesia. Besaran dana mungkin sudah mencapai USD3 juta," pungkasnya. (FAY)