Menurut Bhima, idealnya kenaikan UMP 2024 adalah untuk menjawab inflasi terutama di sektor pangan dan menghadapi kenaikan nilai tukar, sebesar 10%. Namun, faktanya rerata kenaikannya UMP 2024 hanya sebesar 5%.
"Ini justru memicu investor terutama yang bergerak di sektor consumer goods dan perlengkapan rumah tangga untuk berpikir ulang menambah investasinya," kata Bhima.
Bhima menegaskan, dengan proyeksi terkoreksinya daya beli masyarakat karena kenaikan upah minimum terlalu kecil, pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional untuk 2024. Bahkan, menurutnya dirasa sulit pertumbuhan ekonomi nasional bisa tembus di angka 5%.
"Sulit ya bisa tumbuh 5% tahun depan dengan stimulus upah yang terlalu rendah. Kenaikan UMP rata-rata nasional masih terlalu kecil, idealnya di atas 10% melihat tekanan inflasi pangan yang cukup berisiko menggerus daya beli," pungkasnya.
(YNA)