“Salah satu solusi yang berpotensi mendukung ASEAN adalah Mekanisme Transfer Energi atau Energy Transition Mechanism (ETM), yang merupakan penggabungan keuangan publik dan swasta untuk mempercepat penghentian pembangkit listrik tenaga batu bara dan meningkatkan investasi energi terbarukan secara signifikan. EU-ABC bersama seluruh anggota dan pemangku kepentingan utamanya mendukung pekerjaan yang dipimpin oleh Bank Pembangunan Asia untuk menilai kelayakan ETM di beberapa negara di ASEAN,” lanjut Kanak.
Executive Director EU-ABC, Chris Humphrey mengatakan bahwa penanganan perubahan iklim dengan cara yang adil dan terjangkau harus menjadi prioritas nomor satu bagi semua pihak, dan transisi energi ke depan harus menjadi agenda utama semua pemerintah di ASEAN.
“Perekonomian ASEAN yang terus berkembang akan mendorong kenaikan permintaan energi, namun perlu dipastikan bahwa pemenuhan kebutuhan tersebut menggunakan sumber listrik ramah lingkungan. Produsen dan perusahaan manufaktur juga dapat terus bertumbuh dengan menggunakan sumber yang lebih ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan listrik mereka. Agar dapat terlaksana dengan baik, maka dibutuhkan perubahan dalam pembuatan kebijakan demi mendorong transisi dari penggunaan emisi karbon tinggi ke rendah, dan pada akhirnya menjadi solusi energi terbarukan,” ujarnya.
Hal lain yang digaungkan oleh EU-ABC adalah pengembangan taksonomi keuangan hijau di seluruh kawasan ASEAN serta peningkatan penggunaan instrumen investasi hijau dalam pengembangan mekanisme keuangan secara berkelanjutan di kawasan yang dapat membantu pembiayaan solusi transisi energi. EU-ABC juga menyerukan penghapusan bertahap terhadap subsidi bahan bakar fosil di seluruh wilayah, di mana dana tersebut dapat dialihkan untuk mendukung transisi energi.
(IND)