"Ketika Fed rate naik agresif, maka investor pemegang surat utang berharap pemerintah naikkan kupon surat buna negara (SBN). Dimana Bunga pasar SBN diperkirakan dapat menembus sembilanm persen," tutur Bhima.
Sementara risiko kedua, menurut Bhima, yaitu terkait dengan pembelajaran pemerintah perihal pendanaan pemilu dan penyelesaian proyek infrastruktur.
"Dimana belanja pemerintah yang berkaitan dengan pendanaan pemilu, penyelesaian proyek infra sebelum 2024 akan menekan ruang fiskal. Gap defisit akan didanai oleh utang," katanya.
Sedangkan risiko ketiga disebut Bhima terkait pelemahan nilai tukar akibat tekanan eksternal mengakibatkan selisih kurs dimana sebagian besar pendapatan pemerintah bersumber dari dalam negeri sementara pembayaran cicilan pokok dan bunga dalam bentuk valas. (TSA)