Sementara Indonesia, membayar utangnya bisa mencapai Rp350 triliun-Rp400 triliun per tahunnya, meskipun itu hanya bunga.
"Siapa yang menikmati? Ya orang-orang kaya itu, termasuk perbankan karena mereka membeli obligasi. Mereka tak perlu bekerja karena mendapat uang dari pajak. Nah kenapa? Ini yang ugal-ugalan," tambah Didik.
Dia juga menyinggung rencana penerbitan utang di 2024 sebesar Rp1.300 triliun.
Padahal, Didik mencontohkan, pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), obligasi yang dikeluarkan hanya sekitar Rp50 triliun-Rp75 triliun. Utang ini pun dipakai untuk menutup defisit, atau menambah anggaran.
Dia menegaskan, penerbitan obligasi ini tidak semuanya untuk anggaran, sebagian di-swap untuk utang. Sehingga, yang dipakai hanya selisihnya saja.
(YNA)