sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Walau Bikin Keuntungan PLN Turun, ESDM Dorong Penggunaan PLTS Atap

Economics editor Oktiani Endarwati
19/08/2021 15:56 WIB
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong masyarakat menggunakan dan memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap. 
Walau Bikin Keuntungan PLN Turun, ESDM Dorong Penggunaan PLTS Atap (FOTO: MNC Media)
Walau Bikin Keuntungan PLN Turun, ESDM Dorong Penggunaan PLTS Atap (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong masyarakat menggunakan dan memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap. 

Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Chrisnawan Anditya mengatakan, dengan kapasitas total 3,6 gigawatt (GW) yang tengah direncanakan pemerintah, pengembangan PLTS atap secara masif akan mengurangi pemakaian PLTU.

"Pertama, dampaknya terhadap lingkungan. Ini dampaknya akan mampu mengurangi penggunaan batu bara sebesar 2,9 juta ton," ujarnya dalam diskusi Roadmap Pengembangan EBT di Indonesia, Kamis (19/8/2021).

Pembangunan PLTS atap juga berpotensi menyerap tenaga kerja sebanyak 121.000 orang. Kemudian pengembangan PLTS atap ini akan mendatangkan potensi investasi sebesar Rp45 triliun hingga Rp63,7 triliun dari kapasitas pemasangan 3,6 GW.

"Untuk pengadaan kWh ekspor-impor bisa sampai Rp2 triliun hingga Rp4 triliun. Pembangunan PLTS juga mendorong green product sektor jasa dan industri, dan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 5,4 juta ton setara CO2," jelasnya.

Meski begitu, dia mengakui bahwa dampak dari penggunaan PLTS atap secara masif ini akan mengurangi pendapatan PLN. Setidaknya ada potensi penurunan pendapatan hingga Rp5,7 triliun per tahun. "Kehilangan potensi tersebut karena masyarakat memasang PLTS atap dan mengonsumsinya sendiri. Di sisi lain ada peluang ketika PLN terlibat melakukan pemasangan instalasi dan sebagainya menjadi suatu bisnis usaha yang baru bagi PLN," ungkapnya. 

Chrisnawan menuturkan, PLN dan pemerintah pada akhirnya akan diuntungkan dengan turunnya biaya pokok penyediaan (BPP) listrik sehingga mengurangi subsidi dan kompensasi listrik.

"Dari kapasitas 3,6 GW, maka terjadi penurunan BPP listrik sebesar Rp12,61 per kWh karena ada biaya bahan bakar yang dihemat. Ini mampu mengurangi subsidi sebesar Rp0,9 triliun dan kompensasi Rp2,7 triliun," jelasnya. (RAMA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement