Dia menilai skema ini lebih efisien dalam meningkatkan ketahanan pangan, mengingat komoditas ayam dan telur sudah sukses swasembada.
"Jadi kita tidak ingin memaksa, memaksakan harus susu. Karena kan gini, makan bergizi itu kan bukan berarti minum susu. Makan bergizi itu artinya makan dengan jumlah protein yang cukup," kata dia.
Kendati demikian, Wamentan mengaku juga memiliki keinginan untuk turut menghadirkan susu dalam menu Makan Bergizi Gratis.
Namun rencana ini menurutnya akan dilakukan secara perlahan, seiring dengan kesiapan produksi susu dalam negeri.
"Tentu saja kita ingin ngasih susu. Di beberapa daerah sentra-sentra susu seperti di Banyumas misalnya, di Baturaden kemudian di beberapa sentra susu di Boyolali dan seterusnya, yang dia dekat dengan sentra susu, ada beberapa sekolah yang makan bergizi nanti ada susunya. Susunya diambil dari peternak-peternak yang memang ada di sekitar sekolah itu," kata dia.
Dia beraharap agar indukan untuk menghasilkan susu semakin banyak.
"Dan kita berharap nanti kalau indukan kita makin banyak, maka makin banyak sekolah yang akan diberikan susunya. Sehingga memberikan susu itu sesuai dengan kemampuan produksi kita, kita tidak ingin menambah beban negara dengan kita memaksa susu," katanya.
(Nur Ichsan Yuniarto)