"Harga komoditas berpotensi akan mengalami kenaikan dengan default yang terjadi di Rusia di satu sisi ini akan menguntungkan Indonesia terutama untuk beberapa komoditas seperti batubara, nikel, CPO yang berpotensi mengalami peningkatan dengan potensi terjadinya default di Rusia," ungkap Yusuf.
Namun di sisi lain kenaikan harga komoditas juga berpotensi meningkatkan harga pangan yang pada muaranya juga akan mendorong kenaikan inflasi baik itu inflasi global maupun inflasi domestik.
"Ini tentu perlu diwaspadai karena saat ini training inflasi di Indonesia terutama di sepanjang tahun 2022 diproyeksikan lebih tinggi dibandingkan 2021," ucapnya.
Sementara gejolak di pasar keuangan juga akan berpotensi mendorong meningkatnya potensi inflasi sehingga bisa menambah potensi dinaikkannya suku bunga acuan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat.
"Langkah ini tentu akan ikut mempengaruhi kebijakan suku bunga acuan di negara berkembang seperti Indonesia. Bank Indonesia tentu punya tekanan untuk juga ikut menaikkan suku bunga acuan apabila suku bunga acuan Amerika Serikat mengalami kenaikan dalam jangka waktu yang relatif singkat dan cepat," pungkasnya. (TYO)