Dia mengatakan, bagi sektor manufaktur, ongkos produksinya akan menjadi semakin mahal. Faktanya, 90% impor Indonesia merupakan bahan baku dan barang modal.
"Sehingga untuk para produsen sektor manufaktur otomatis impornya akan semakin mahal. Inflasi di domestik juga akan membuat sektor ritel tertekan karena daya beli masyarakat yang terus menurun," jelasnya.
Sementara itu, untuk sektor perbankan, dari sisi nilai tukar Rupiah akan semakin tertekan.
"Sektor finansial pun terdampak karena adanya outflow yang cukup masif. Ini beberapa sektor yang kemungkinan terdampak inflasi global di tahun 2023," pungkas Teuku.
(FAY)