IDXChannel – Social engineering adalah salah satu istilah yang merujuk pada kejahatan dengan memanipulasi kondisi psikologis korbannya untuk membocorkan data pribadi mereka.
Istilah yang satu ini juga dikenal sebagai Soceng. Istilah ini tentu sudah tak asing bagi masyarakat Indonesia. Sebab, tak sedikit orang yang telah menjadi korban atau target dari kejahatan social engineering.
Lalu, apa itu kejahatan social engineering? Bagaimana modusnya untuk menjebak korban? IDXChannel merangkum informasinya sebagai berikut.
Kejahatan Social Engineering
Kejahatan social engineering adalah modus kejahatan yang memanipulasi psikologis target atau korbannya agar mau membocorkan data pribadi. Biasanya, korban yang paling umum dijadikan tindak kejahatan yang satu ini adalah nasabah perbankan.
Penipuan ini berupa penipuan rekayasa sosial yang dilakukan dengan modus berpura-pura menjadi petugas sebuah bank yang meminta data diri pribadi korbannya. Hingga saat ini, penipuan dengan modus ini masih marak terjadi di Indonesia sehingga masyarakat perlu waspada.
Selain nasabah perbankan, target lain yang kerap menjadi korban dari kejahatan social engineering ini adalah konsumen belanja online, pemilik akun media sosial, pengguna dompet digital, investor sebuah instrumen investasi, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dalam aksinya, tindak kejahatan yang satu ini biasanya mendekati korbannya melalui media digital baik melalui panggilan telepon, SMS, email, dan media sosial. Targetnya tentu saja adalah data pribadi korban yang bisa disalahgunakan untuk berbagai aksi kejahatan seperti nomor rekening bank, nomor kartu, PIN, username, kode OTP, password m-banking, dan lain sebagainya.
Jika korbannya terjebak dan secara tidak sengaja, maka pelaku kejahatan social engineering ini akan langsung mengeksekusi data korban untuk melakukan aksinya seperti membobol rekening maupun menggunakan data pribadi tersebut untuk keuntungan pelaku.
Cara Menghindari Social Engineering
Kejahatan social engineering ini bisa menghampiri siapa saja dan kapan saja. Bahkan, mereka yang bekerja di industri keuangan pun tak luput dari modus kejahatan yang satu ini. Penipuan jenis ini selalu memanfaatkan kondisi di mana korban tidak dapat mengambil keputusan yang jernih dan rasional.