"35 sen," katanya kasar.
Anak kecil itu kembali menghitung koin. "Aku akan memesan es krim biasa," katanya.
Pelayan membawa es krim, meletakkan tagihan di atas meja dan berjalan pergi. Anak laki-laki itu menghabiskan es krim, membayar kasir dan pergi. Ketika pramusaji kembali, dia mulai mengelap meja dan menelan ludah dengan susah payah pada apa yang dilihatnya.
Di sana, diletakkan rapi di samping piring kosong, ada 15 sen – tipsnya.
7. Emas dan Tanah
Suatu hari, emas dan tanah sedang bersama. Emas merasa dirinya baik karena tubuhnya memiliki warna berkilauan dan banyak dipakai orang-orang sebagai perhiasan. Emas juga bangga karena ia disimpan di tempat yang rapi, bersih, serta diberi pengamanan ketat. Sedangkan tanah hanya diinjak-injak dan tidak pernah diperlakukan seperti emas.
Ia pun mengejek tanah, “Hei tanah. Lihatlah penampilanmu yang jelek dan kusam itu. Tubuhmu tidak berkilau layaknya aku,” katanya sambil memamerkan tubuhnya yang berkilau terkena pantulan matahari.
“Ya, kamu benar. Aku memang tidak berkilau sepertimu. Tapi, apakah kamu bisa menumbuhkan buah yang manis? Apakah kamu bisa menumbuhkan bunga yang indah? Apakah kamu bisa menumbuhkan pohon untuk berteduh manusia? Dan apakah kamu bisa menjadi tempat untuk membangun rumah tempat para manusia merasa tenang dan aman?” jawab tanah dengan tenang. Emas mendadak terdiam.