Berbeda dengan anak buahnya, Wendi, selaku pemilik usaha produksi peti mati tersebut, mengaku sebelumnya memiliki pangkas rambut.
Lantaran pandemi Covid-19 masih berlangsung, usaha pangkas rambutnya sepi. Pasalnya, langganan pangkas rambutnya adalah anak sekolah. "Kan saat ini, anak sekolah belajar secara daring, jadi sudah tidak terlalu membutuhkan jasanya," ungkapnya.
Beruntung, di tengah keterpurukan ekonomi akibat Covid-19, dirinya mendapatkan tawaran membuat 150 peti jenazah Covid-19.
Karena membutuhkan anak buah, dia menarik kawannya yang jadi korban PHK atau yang lagi menganggur. "Bantu kawan korban Covid-19 daripada nganggur, ya saya ajak produksi peti mati," tukasnya.
Baginya membantu teman yang lagi menganggur adalah kewajiban. "Saya sedih melihat orang susah, apalagi kawan sendiri. Makanya mereka yang menganggur saya ajak gabung. Saya senang lihat orang kerja dan bisa mengarahkan ke yang lebih baik lagi," tuturnya.