Masa Perang
Menjelang tahun 1948 ketika perang pecah di wilayah itu dan membuat kehidupan Masri yang berusia 14 tahun terperosok jauh. Ia tak bisa bersekolah karena serangan udara setiap hari memaksa bocah itu dan anggota keluarganya untuk mencari perlindungan di gua terdekat.
“Pilot Israel datang dengan pesawat untuk mengebom. Ada satu atau dua serangan udara setiap hari, biasanya sekitar jam 6 pagi,” kata Masri.
Kenali Munib Al-Masri, Orang Terkaya di Palestina. (FOTO : MNC MEDIA)
Karena perang, seperti warga Palestina lainnya, Masri dan keluarganya pindah ke Aley, Lebanon, untuk melanjutkan studinya.
Meski tinggal di Lebanon, hidup Masri hanya untuk Palestina dan dia berjanji akan berjuang untuk rakyat Palestina.
"Semua yang ingin saya lakukan dalam hidup saya adalah untuk membebaskan Palestina,” katanya.
Pendidikan di AS
Setelah lulus SMA, Masri memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Amerika Serikat (AS) di tahun 1950-an.
Masri menjadi aktif secara politik dan bergabung dengan kelompok pro-Palestina di kampus, yang sering bentrok dengan organisasi pro-Israel. Barulah ketika kembali ke Timur Tengah.
Masri menggunakan pengetahuan geolokasinya dan mulai memetakan Tepi Barat dan Yordania, lalu mencari air dan minyak.
Pada tahun 1956, ia mendirikan perusahaan sendiri, yang mengkhususkan diri dalam berbagai perdagangan, termasuk eksplorasi sumber daya alam.