Ya, Djoko diketahui pernah putus sekolah. Ia berhenti sampai sekolah dasar saja karena lebih memilih membantu orangtuanya di Pasar Arjuna, Jakarta. Anak ke-6 dari 10 bersaudara itu pun sudah kenal dunia bisnis sejak usia 17 tahun.
Di masa remaja yang banyak dihabiskan dengan bersenang-senang, Djoko manfaatkan untuk membantu perekonomian keluarganya. Di usia muda, ia sudah mengelola beberapa warung makan. Djoko pun diketahui membuka warung kelontong.
Ada satu pengalaman luar biasa yang pernah dialami Djoko. Pada tahun 1976, kios miliknya di wilayah Arjuna Jakarta dikabarkan kebakaran. Padahal, dari kios itulah ia mendapat modal bisnis. Karena musibah itu 80-90 persen modal miliknya habis begitu saja.
Pengalaman itu tak membuatnya patah semangat. Malah membuat Djoko semakin kuat sebagai seorang pebisnis. Singkat cerita, usahanya kembali bertumbuh, bahkan Djoko berani melakukan beberapa pengembangan inovasi, yaitu berjualan rokok.
Hal tersebut menghantarkan Djoko berkenalan dengan Putera Sampoerna yang memiliki perusahaan tembakau dan cengkeh terbesar di tanah air kala itu. Mereka bertemu di tahun 1980 dan 5 tahun kemudian sepakat bekerja sama. Sebanyak 15 kios rokok pun berhasil dibuka di Jakarta.