Untuk bisa mengenalkan menu baru, Ferry gencar mempromosikannya di media sosial. Dia melihat, di saat pandemi COVID-19 dimana masyarakat diharuskan bekerja dan belajar dari rumah, orang akan lebih banyak berinteraksi di media sosial. Dari semua menu yang disajikan, harga yang dipatok di kisaran Rp5.000 hingga Rp35.000. “Jika awal pandemi kita anjlok di angka 80%, saat ini sudah 50% dari sebelum pandemi,” ujarnya.
Hingga akhirnya, bisnis Ferry ini perlahan mulai berkembang. Tumbuhnya kinerja usaha Kakkk Ayam Geprek ini juga ditopang dari penjualan via online. Penjualan secara digital kini menjadi saluran utama, mengingat pemerintah membatasi masyarakat untuk makan di tempat atau dine-in. “Kami saat ini fokus pada penjualan online. Maka, outlet-outlet baru yang kami buka, tidak harus berupa ruko, garasi mobil juga bisa digunakan untuk jualan,” kata Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran (Apkrindo) Jatim ini.
Terkait penambahan outlet baru, Ferry sengaja membidik pasar Jabodetabek. Sebab, di kawasan tersebut pangsa pasarnya cukup besar. Target market dari Kakkk Ayam Geprek juga ada. Seperti para pekerja dan mahasiswa. “Jabodetabek dari target 80 outlet saat ini sudah terealisasi 10 outlet. Harapan kami hingga Desember 2021, sudah ada 80 outlet. Semua kami kendalikan sendiri, tidak ada yang franchise,” imbuhnya.
Berapa nilai investasinya?, menurut Ferry, saat ini konsumen kuliner sudah bergeser antara sebelum dan saat pandemi. Sebelum pandemi, nilai investasi untuk membuka usaha Kakkk Ayam Geprek mencapai Rp300 juta. Uang itu digunakan sewa tempat berupa 2 ruko dan lain-lain. Namun, saat pandemi, berubah. “Tidak perlu ruko, sewa rumah atau menggunakan halaman garasi juga bisa. Jadi, jika dulu satu outlet butuh Rp300 juta, kini Rp300 juta itu bisa untuk membuka 10 outlet baru,” terangnya.
Uniknya, meski investasinya rendah, namun dari sisi penjualan cukup menggembirakan. Bahkan, nilai omsetnya bisa melebihi dari outlet yang menggunakan ruko. Dengan tidak menggunakan ruko, maka dari sisi biaya operasional juga rendah. “Dari 80 outlet baru itu, nanti akan di mix. Ada yang fokus pada penjualan online dan ada juga yang offline. Sebab, bagaimanapun kita tetap butuh store fisik agar brand kita tetap dikenal,” pungkas Ferry.
(SANDY)