Saat di Jakarta, Hardianto mengikuti jejak teman-teman perantauannya di satu truk itu dengan menjadi pemulung. Dia menjadi pemulung cukup lama, kemudian Hardianto beralih profesi menjadi kuli bangunan dengan bayaran Rp28.000 satu hari.
Uang tersebut terbatas untuk biaya hidupnya sehari-hari. Dia bekerja sebagai kuli bangunan kurang lebih satu tahun. Kemudian dari hasil bertanya kanan-kiri dan bergaul dengan banyak orang, Hardianto mendapatkan tawaran untuk bekerja di bengkel jok mobil pada 2007.
Bayarannya pun masih terbilang murah, yakni hanya Rp300.000 per bulan tanpa uang makan tanpa uang lembur. Hardianto menyanggupi tawaran itu, setelahnya dia mulai bekerja sebagai office boy di bengkel tersebut.
Pekerjaannya di bengkel itu pun tidak sebatas membersihkan bengkel, dia melakukan bekerja palu gada, mengerjakan beragam hal yang memang diminta oleh konsumen. Dia bekerja di tempat itu selama tiga tahun.
Tiga tahun bekerja, Hardianto mendapatkan banyak ilmu, pengetahuan, dan pengalaman dalam hal pemasangan jok mobil. Mulai dari cara pemasangan, pembuatan jok mobil modifikasi, dan pemasarannya. Inilah yang kelak menjadi bekalnya mendirikan usaha.