IDXChannel—Kisah inspiratif ini datang dari masyarakat kelas menengah bawah yang hidup dalam kemiskinan, namun tetap gigih berupaya untuk menabung bertahun-tahun demi berkurban pada Idul Adha.
Kurban dirayakan oleh umat muslim setahun sekali. Menjelang hari rayanya, umumnya umat muslim mulai menyerahkan sebagian uangnya untuk diberikan ke pengurus masjid untuk dibelikan hewan kurban.
Ada pula yang membeli hewan kurban sendiri-sendiri, lantas diberikan kepada pengurus masjid untuk disembelih dan dibagikan ke penerima yang berhak. Jika tidak mampu membeli seekor kambing atau sapi, maka alternatifnya adalah berkurban secara patungan.
Namun, terkadang dengan alternatif pun tak semua lapisan masyarakat memiliki uang yang cukup untuk berkurban. Mereka umumnya adalah golongan umat yang memang tidak diharuskan untuk berkurban. Sebaliknya, merekalah yang mestinya menerima daging-daging kurban.
Akan tetapi, beberapa orang dalam kisah ini menunjukkan tekad dan niat besar untuk tetap berpartisipasi dalam kurban seperti umat muslim lainnya. Upaya yang mereka tempuh tentu tidak mudah, namun berhasil pada akhirnya.
Seperti apa kisahnya? Dilansir dari id.theasianparent.com (10/3), simak ulasannya berikut ini.
Kisah Inspiratif: Para Pemulung Bertekad Kuat
Mak Yati
Mak Yati adalah seorang pemulung yang tinggal di Tebet, Jakarta Selatan. Rumahnya di Tebet hanyalah gubuk berpapan triplek berukuran 3x4 meter dekat tempat pembuangan sampah, di dalamnya tak ada barang-barang berharga.
Ia berkeliling dari Tebet hingga Bukit Duri untuk mencari sampah. Sehari-hari Mak Yati memulung sampah dan mengantongi penghasilan Rp25.000 saja. Namun ia bertekad untuk membeli kambing demi berkurban. Ia mengaku malu lantaran terus menerus menerima daging kurban.
Oleh karenanya ia menabung sedikit demi sedikit selama tiga tahun hingga uang kurban itu terkumpul. Dibantu dengan temannya, Mak Yati berhasil membeli dua ekor kambing di Pancoran. Mak Yati berharap kurbannya ini bukan yang terakhir.
Saat ini Mak Yati telah pulang kampung. Kisah inspiratif dari perjuangannya menabung dana kurban bahkan sampai ke pemerintah. Ia menerima program bedah rumah, dan di kampungnya kini ia berhasil bercocok tanam jagung.
Nenek Sahnun
Nenek Sahnun hidup di Lombok. Sehari-hari wanita berusia 62 tahun ini tidur di kios di sebelah barat Mall Mataram. Kisah kurbannya ini pertama kali viral pada 2019 silam. Saat itu, ia berhasil mengumpulkan Rp10 juta untuk dibelikan sapi.
Neneh Sahnun menabung selama lima tahun untuk mengumpulkan uang kurban itu. Ia memulung botol-botol plastik sekitar dua karung dalam sehari demi mencari uang. Saat uang itu akhirnya terkumpul, panitia kurban bahkan terkejut menerimanya.
Aep
Aep adalah seorang pemuda yang tinggal di Bekasi. Ia berhasil menabung untuk membeli hewan kurban dari hasil memulung. Warganet yang pernah melihatnya mengatakan bahwa Aep tidak pernah sekolah, ia juga memiliki keterbatasan dalam kemampuan berbicara.
Namun tekadnya kuat untuk berkurban pada Idul Adha. Setiap hari Aep memulung mengumpulkan barang bekas mulai pukul 9 malam hingga subuh hari di Taman Asri Dua, Teluk Pucung, Bekasi Utara.
Setelah beberapa lama, akhirnya dia berhasil mengumpulkan uang untuk berkurban. Menariknya, Aep menyerahkan uang kurbannya dalam pecahan Rp2.000an pada Juli 2021 silam.
Demikianlah kisah inspiratif dari para pemulung yang meskipun hidupnya serba terbatas, tetap bertekad kuat untuk mengumpulkan uang demi berkurban. (NKK)