sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kisah Inspiratif Lulusan ITS Pilih Bertani Kentang, Hasilkan 500 Ton dan Berhasil Ekspor

Inspirator editor Kurnia Nadya
05/04/2023 13:24 WIB
Jainal Damanik adalah lulusan ITS yang memilih untuk menjadi petani, meneruskan usaha yang dilakoni kedua orangtuanya.
Kisah Inspiratif Lulusan ITS Pilih Bertani Kentang, Hasilkan 500 Ton dan Berhasil Ekspor. (Foto: MNC Media)
Kisah Inspiratif Lulusan ITS Pilih Bertani Kentang, Hasilkan 500 Ton dan Berhasil Ekspor. (Foto: MNC Media)

IDXChannel—Kisah inspiratif kali ini datang dari salah seorang anak petani, yang bernama Jainal Damanik, atau yang akrab disapa Jainal. Ia sukses membuktikan kepada orangtuanya bahwa dengan mengikuti jejaknya untuk menjadi seorang petani bisa meraup untung yang lebih besar dengan pengelolaan manajemen usaha tani yang baik.

Jainal sendiri merupakan lulusan ITS Surabaya. Sejak kecil sampai kuliah, sebenarnya ia tidak punya keinginan menjadi seorang petani. Tujuannya sekolah sampai tinggi pun untuk nantinya bekerja di perusahaan pemerintah atau perusahaan besar. 

Namun selama di Surabaya, Jamal memperhatikan petani-petani di pulau Jawa tidak memiliki lahan seluas orang tuanya di kampung, tetapi bisa disebut sebagai juragan.

Setelah terus mengamati, Jamal pun mengerti faktor-faktor yang membuat petani disana lebih makmur dibanding petani di kampungnya. Salah satunya karena petani di Jawa sudah menerapkan teknologi dalam penggarapan sawah dan petani di sana memiliki manajemen usaha tani yang baik. 

Sementara hal-hal itu tidak ada pada pertanian di kampung halamannya di Kabupaten Karo, Sumatra Utara.

Jainal pun menyadari jika manajemen usaha dan keterpaduan teknologi diterapkan pada pertanian di kampungnya, maka akan menghasilkan potensi ekonomi yang besar dan tentunya para petani di sekitarnya bisa sejahtera

“Nah, ini saya lihat, kalau bisa dikembangkan di kampung halaman, ini bisa multiply effect gitu lho, dan sangat besar gitu secara ekonomi,” ucap Jainal dalam channel Youtube CapCapung (5/4).

Singkat cerita setelah lulus kuliah, Jainal memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya dan menjadi petani holtikultura khususnya kentang. Ia memilih kentang karena ingin meneruskan pekerjaan orangtuanya sejak tahun 1990 an yang bertani kentang. 

Selain itu, daerah kampung halaman Jainal merupakan daerah yang sudah terkenal sebagai penghasil kentang yang baik.

Awalnya setelah memutuskan untuk pulang dan menjadi petani, Jainal juga sempat menerima pertanyaan-pertanyaan dari orangtuanya. Sebab ia sudah bertahun-tahun disekolahkan untuk menjadi orang yang sukses, tetapi ia malah memilih menjadi petani. 

Tidak patah semangat, Jainal tetap berusaha dengan perlahan dalam memperbaiki manajemen usaha pertaniannya, ia mulai memperbaiki pola bertanamnya dan juga filterisasi aset yang berpotensi signifikan menghasilkan keuntungan. 

Seiring berjalannya waktu, Jainal membuktikan kepada orangtuanya bahwa pilihannya menjadi seorang petani berbuah manis. Saat ini berkat bantuan Jainal, orangtuanya sudah memiliki lahan lebih dari 7 hektare dan sanggup membeli kendaraan juga membangun rumah dari hasil tani nya.

“Ya, itu pelan-pelan mengubah mindset orangtua juga sih jadi shifting gitu, loh. Oh, ya enggak apa-apa bertani, bertani tuh juga keren gitu,” tutur Jainal.

Saat ini usaha tani yang dijalaninya sudah memiliki banyak kemajuan. Ia mendirikan gudang seluas 1 hektare dan juga menyediakan armada logistik untuk pengiriman. 

Lebih dari itu dengan kemampuan manajemen usaha dan pengelolaan tani yang dimiliki Jainal, akhirnya sekarang ia jadi banyak diminta membantu perusahaan-perusahaan besar untuk mengelola usaha taninya, hal tersebut dapat membuat keuntungan menjadi lebih besar dan tentu membuat kesejahteraan petani di sekitarnya tetap terjamin.

Karena permintaan pasar yang selalu meningkat setiap tahunnya, Jainal akhirnya saat ini telah memiliki tiga unit greenhouse untuk menunjang agar kualitas kentang yang dihasilkan tetap baik dan maksimal. 

Kini, usahanya sudah mampu mensuplai sampai 500 ton kentang per musim yang dipasarkan di kawasan pabrik di pulau Jawa bahkan sampai rutin suplai eksportir ke mancanegara.

“Untuk sekarang kita sudah punya greenhouse sekitar tiga unit yang tersebar di Karo dan Simalungun. Itu dengan luasan sekitar 3.000 meter, kita sudah bisa hasilkan range di angka 500 ton per musim, dan ini akan terus ditingkatin dengan menambah kapasitas produksi di lahan,” jelas Jainal.

Ke depan, Jainal memiliki harapan agar petani bisa lebih sejahtera. Ia juga mengajak seluruh masyarakat untuk mengapresiasi kerja dari seorang petani yang butuh proses panjang dalam menghasilkan sesuatu yang dikonsumsi setiap harinya.

“Petani itu sebenernya saya pikir pahlawan gitu loh, pahlawan yang tak dianggap. Kenapa begitu? Kalau kita bener-bener bisa melihat petani ya, ini proses ditanam sampai dipanen itu butuh waktu yang panjang gitu ya. Maka yang saya pengen, gimana caranya untuk adil, untuk membagi sama rata hasil pertanian diantara berbagai lapisan masyarakat,” tuturnya

Jainal juga mengajak seluruh stakeholder di masyarakat yang mempunyai kaitan di bidang pertanian untuk ikut berkolaborasi dalam memajukan pertanian.

Itulah kisah inspiratif petani muda yang berhasil mengembangkan pertanian di kampung halamannya sampai mampu suplai ke mancanegara. (NKK)

Penulis : Rizky Aulia

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement