Bagaimana cara Sumarno bertahan hingga saat ini? Simak ulasannya berikut ini.
Kisah Inspiratif Pandai Besi Pak Marno
Sumarno mengaku keputusannya untuk menjalankan bisnis dengan mengikuti jejak nenek moyangnya adalah sesuatu yang bersifat naluriah. Ayahnya seorang empu, dan dari ayahnya lah Sumarno mempelajari cara-cara memproduksi peralatan pertanian dari besi dan baja.
Jika dulu proses produksi masih menggunakan alat-alat sederhana, kini seiring kemajuan teknologi industri, Sumarno mulai menggunakan alat-alat produksi yang dimotori tenaga listrik. Hasilnya, pekerjaan selesai lebih cepat.
“Dulu alat-alatnya sederhana. Sekarang sudah lebih canggih. Hasilnya lebih tepat dan pengerjaan lebih mudah. Dulu satu orang hanya bisa mengerjakan 10 bilah alat, sekarang bisa selesai 60 alat dalam sehari,” tuturnya.
Proses produksinya pun menarik. Sumarno menjelaskan, arit yang ia buat harus dibakar dua kali. Pembakaran pertama untuk melunakkan baja mentah, pembakaran kedua bertujuan untuk mengeraskan baja yang telah dibentuk menjadi arit atau pisau.