Peluang pertama terlihat dari ekspor buah pinang ke negara-negara Asia Selatan. Rianto kemudian melakukan eksplorasi peluang ekspor lainnya dan pada November 2020 dirinya berhasil melakukan ekspor perdana lidi sawit ke India.
Rianto menilai, ekspor lidi dari limbah sawit tidak hanya berkontribusi pada pengurangan limbah tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan petani sawit.
Ia mengungkap setidaknya ada lebih dari 300 petani sawit yang tersebar di 15 lokasi di Pulau Sumatera dan Jawa, seperti di Siantang, Dumai, Lampung, dan Pemalang yang bermitra dengannya.
“Kalau melihat dulu, petani hanya mengambil brondolan sawit. Sekarang mereka juga mengambil pelepah untuk diambil lidinya. Sehari petani dapat membawa 15-20 kilogram pelepah sawit untuk diambil lidinya sehingga mendapatkan pendapatan tambahan sekitar Rp60-80 ribu per hari,” ujarnya.
Rianto berencana untuk memperluas pasar ekspor lidi sawit ke negara-negara Eropa dan Australia yang memprioritaskan produk ramah lingkungan. Saat ini pihaknya sedang memperkuat hubungan dengan buyer Eropa dan Australia untuk penetrasi pasar ekspor ke negara-negara baru.
(Selfie Miftahul Jannah)