IDXChannel—Peter Lynch kerap dijadikan acuan bagi individu yang hendak belajar investasi pasar modal. Dia adalah investor legendaris yang mempopulerkan prinsip ‘Belilah saham yang bisnisnya benar-benar Anda kenali.’
Peter Lynch mencatatkan namanya dalam sejarah pasar modal Amerika Serikat berkat strategi investasinya yang manjur. Dibuktikan dengan capaiannya yang fantasis sebagai manajer investasi saat ia bekerja di Fidelity Magellan Fund selama 13 tahun.
Lynch bergabung sebagai manajer investasi di perusahaan tersebut pada 1977, saat itu aset kelolaan yang diaturnya hanya senilai USD18-USD20 juta. Namun nilai investasinya tumbuh pesat hingga USD14 miliar dalam 13 tahun, dengan pertumbuhan annualized return sebesar 29%.
Capaian portofolio kelolaan Lynch bahkan melampaui capaian indeks S&P 500 yang kala itu hanya mampu mencatatkan annualized return sebesar 15%. Berkat kesuksesannya ini, Lynch bisa pensiun dini di usia 46 tahun.
Hingga saat ini, strategi investasinya masih menjadi bahan pembelajaran banyak orang. Tak mengherankan, sebab Lynch menerapkan strategi yang dapat diadaptasi investor ritel. Ia bahkan percaya bahwa investor ritel bisa lebih untung dibanding manajer investasi, bahkan Wall Street, jika menerapkan strateginya.
Sebab investor ritel tidak terikat dengan birokrasi dan tidak perlu mengkhawatirkan kinerja jangka pendek seperti manajer investasi. Ia menuliskan detail strategi investasinya dalam buku berjudul ‘One Up on Wall Street’.
Secara umum, ada tiga strategi utama investasi yang dilakukan Lynch, yakni: mengenali cerita (rencana bisnis, prospek) emiten, menetapkan kriteria saham pilihan dengan cermat, dan tahu kapan menjual atau menyimpan saham.
Seperti apa strategi dan pandangan Lynch tentang investasi saham? Dilansir dari AAII Journal yang diterbitkan California State University pada 1997, simak ulasannya di bawah ini.
Strategi Investasi Peter Lynch: Berinvestasilah pada Bisnis yang Anda Kenali
Peter Lynch membangun filosofi investasi yang hingga hari ini masih diajarkan dan dianjurkan kepada investor pemula, yakni ‘Invest in What You Know’, atau ‘Berinvestasilah pada perusahaan yang Anda kenal.’
Dari prinsipnya itu, Lynch mengembangkan strategi pemilihan saham berdasarkan ekspektasi atas prospek emiten. Ekspektasi-ekspektasi itu dikuliknya dari ‘cerita’ di balik suatu bisnis atau perusahaan.
‘Cerita’ yang dimaksud Lynch dalam hal ini adalah: apa yang akan dilakukan perusahaan, apa yang mungkin akan terjadi setelahnya, dan apa hasil nyata yang akan direalisasikan emiten.
Semakin investor familiar dan mengenali suatu perusahaan, semakin ia memahami bisnis perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula peluangnya untuk mendapatkan potensi keuntungan yang menjadi nyata.
Karena alasan inilah, Lynch menganjurkan agar investor menanamkan modalnya pada emiten yang produk dan jasanya relatif mudah dimengerti. Misalnya, jika diminta untuk memilih, Lynch akan berinvestasi pada bisnis jaringan motel daripada berinvestasi di perusahaan penyedia fiber optik.
Lynch tidak pernah membatasi berapa jumlah saham yang dikelolanya, tidak seperti anjuran-anjuran yang umumnya diterima investor pemula, yakni ‘jangan beli saham terlalu banyak’.
Sebab Lynch sendiri memiliki 1.000 lebih saham dalam portofolio yang dikelolanya. Sementara portofolio investasi Berkshire Hathaway—yang mayoritas dikelola Warren Buffet—hanya memiliki 50 saham yang terkonsentrasi pada lima emiten utama.
Namun perlu diingat, cara dan keputusan Lynch untuk memiliki banyak saham dalam satu portofolio ini dilandasi dan diperkuat dengan strategi investasi yang telah dijelaskan di atas. Lynch sangat memahami bisnis emiten berikut potensinya.
Jika investor memiliki banyak saham—yang telah dipelajari dan dipilih secara hati-hati—dalam portofolionya, semakin besar peluangnya untuk mendapatkan return yang memuaskan.
Lantas bagaimana cara Lynch memilih saham, dan seperti apa kriteria saham-saham pilihannya?