sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

4 Saham Startup Teknologi di Bursa Efek Indonesia, Intip Sejarah IPO-nya

Market news editor Kurnia Nadya
18/09/2025 16:56 WIB
Ada empat saham startup teknologi di Bursa Efek Indonesia, yang pertama kali melaksanakan IPO adalah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).
4 Saham Startup Teknologi di Bursa Efek Indonesia, Intip Sejarah IPO-nya. (Foto: Istimewa)
4 Saham Startup Teknologi di Bursa Efek Indonesia, Intip Sejarah IPO-nya. (Foto: Istimewa)

Awalnya GoJek hanya menyediakan layanan pemesanan ojek secara online, tetapi lambat laun layanannya bertambah menjadi pemesanan makanan dan pengiriman paket dalam kota sehari sampai. GoJek dan Tokopedia akhirnya meluncurkan aplikasinya masing-masing. 

Kedua perusahaan ini akhirnya merger pada 2021 dalam rangka penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia. IPO akhirnya berlangsung pada April 2022 dengan pelepasan 40,61 miliar saham ke masyarakat di harga penawaran Rp338 per saham. 

Dari IPO tersebut GOTO sukses mengumpulkan dana segar dari investor senilai Rp13,72 triliun. Namun setelah IPO, harga sahamnya berangsur anjlok hingga menyentuh rentang Rp50-Rp100 per saham. Market cap GOTO saat ini mencapai Rp63,87 triliun. 

2. PT Bukalapak.com Tbk (BUKA)

Bukalapak didirikan pada 2010, tak lama setelah Tokopedia muncul ke permukaan. BUKA adalah startup pertama di Indonesia yang melangsungkan penawaran saham ke publik di Bursa Efek Indonesia. 

Bukalapak didirikan oleh Achmad Zaky. Pendirian BUKA mulanya bertujuan untuk memfasilitasi pelaku UMKM untuk beralih dari dagangan offlie di pasar ke dagangan online lewat e-commerce. 

Sampai 2022, survei Nielsen mencatat Bukalapak memimpin penetrasi digital di kalangan warung-warung kecil di Indonesia hingga 56 persen. Namun sayangnya bisnis e-commerce Bukalapak berhenti pada 2025. 

BUKA melangsungkan IPO pada 6 Agustus 2021 dengan melepas 25,76 miliar saham, setara dengan 25 persen dari total modal disetor dan ditempatkan, di harga penawaran Rp850 per saham. Dari IPO ini, BUKA menghimpun dana sebanyak Rp21,90 triliun. 

Pada 18 September 2025, harga BUKA ditutup di level Rp165 per saham, sehingga kapitalisasi pasarnya saat ini adalah Rp17,02 triliun. 

3. PT Global Digital Niaga Tbk (BELI

Global Digital Niaga adalah salah satu anak usaha di bawah Djarum Group, konglomerasi milik Hartono Bersaudara yang memiliki PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Platform e-commerce milik BELI adalah Blibli. 

Blibli didirikan pada 2011, paling akhir dari ketiga saham startup e-commerce di bursa. Tujuan pendirian BELI adalah bagian dari strategi digitalisasi yang dilakukan Djarum melalui GDP Venture. 

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement