IDXChannel—Ada banyak fakta menarik tentang pasar modal Indonesia. Bursa efek, tempat di mana modal diperdagangkan, telah berdiri di tanah air sejak masa kependudukan Belanda dan tahun ini, BEI genap telah berusia 46 tahun.
Saat ini, ada ratusan perusahaan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia, dengan nilai transaksi saham mencapai triliunan rupiah dalam sehari. Adapun IHSG, indeks yang mengukur kinerja seluruh saham yang tercatat, tumbuh dari tahun ke tahun.
Pada September 2022, IHSG menembus all time high pada level di atas Rp7.300, saat itu nilai transaksi saham mencapai Rp16,5 triliun. Dengan 329 saham mengalami apresiasi, 218 saham terkoreksi, dan 160 saham stagnan.
Dari tahun ke tahun, investor ritel di Bursa Efek Indonesia juga meningkat, seiring peningkatan kesadaran literasi finansial di kalangan anak muda. Didukung dengan kemudahan investasi lewat platfor-platform yang ramah pemula.
Kata ‘investasi saham’ kini kian lazim dan normal melintas di media sosial. Tak jarang, testimoni-testimoni akan pentingnya investasi saham sejak dini memantik keingintahuan di kalangan generasi muda.
Lantas, apa saja fakta-fakta menarik tentang Bursa Efek Indonesia yang patut diketahui investor-investor muda? Simak ulasannya di bawah ini.
6 Fakta Menarik Pasar Modal Indonesia
1. Dibuka Sejak Era Hindia Belanda
Tahukah Anda bahwa perdagangan saham di Indonesia sudah dimulai sejak era kolonial Belanda? Bahkan, perusahaan pertama yang pertama kalinya menerbitkan saham untuk dijual ke publik adalah VOC.
Dengan demikian, perusahaan dagang Belanda yang pernah menduduki Indonesia itu adalah perusahaan pertama yang menggelar initial public offering (IPO) di dunia. Adapun transaksi saham pada perdagangan efek pertama kali terjadi di Indonesia pada 1892.
Transaksi itu dilakukan oleh perusahaan perkebunan di Batavia, bernama Cultuur Maatschappij Goalpara. Perusahaan ini menjual 400 lembar saham dengan harga 500 gulden per lembar. Tahun-tahun berikutnya, perusahaan Hindia Belanda lain mengikuti.
Akhirnya, pada 14 Desember 1912, pasar modal pertama di Indonesia didirikan di Batavia, bernama Vereniging voor de Effectenhandel. Saat itu, saham dan obligasi yang diperdagangkan adalah milik perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia.
2. Pasar Modal Indonesia Pernah Tutup Tiga Kali
Bursa efek di Indonesia pernah beberapa ditutup sebagai dampak dari situasi politik yang mempengaruhi stabilitas ekonomi. Ketiganya terjadi sebelum dan setelah kemerdekaan Indonesia.
Sebelum Indonesia merdeka, investor-investor di pasar modal Indonesia adalah orang-orang Belanda dan Eropa yang memiliki penghasilan di atas rata-rata, alias kaya raya. Sehingga saat perang dunia pertama meletus di Eropa dan sekitarnya, perekonomian negara dan para investor ini pun terdampak.
Bursa efek di Indonesia ditutup pertama kali saat perang dunia pertama. Tak lama kemudian pasar modal kembali dibuka, saat itu Indonesia belum merdeka, namun ditutup kembali karena perang dunia kedua meletus.
Penutupan ketiga terjadi setelah Indonesia merdeka, di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno. Saat itu pasar modal dibuka untuk menampung obligasi yang telah diterbitkan sebelumnya, baik dari perusahaan Belanda ataupun pemerintah Indonesia.
Penutupan ini terjadi sebagai konsekuensi dari program nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda pasca kemerdekaan. Pasar modal akhirnya kembali dibuka pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto.
3. Pernah Ada 3 Bursa Efek di Indonesia
Sebelum akhirnya dilebur menjadi satu, Indonesia pernah punya tiga pasar modal. Yakni Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan Bursa Efek Semarang. Dua pasar modal terakhir dibuka pada 1925, setelah penutupannya yang pertama karena perang dunia I.
Namun Bursa Efek Surabaya dan Semarang terpaksa ditutup karena perang dunia II kian memburuk dan berdampak pada perdagangan efek. Seluruh bursa efek akhirnya dilebur menjadi Bursa Efek Indonesia pada 2007.
4. Mulai Otomatisasi Sejak 1995
Saat ini, investor dapat membeli saham begitu mudah seperti membeli barang di e-commerce berkat teknologi mutakhir. Dulu, transaksi di pasar modal Indonesia dilakukan secara manual, yakni lewat telepon melalui perantara atau broker.
Bursa Efek Jakarta meluncurkan sistem otomatisasi untuk transaksi pasar modal pertama kali pada 22 Mei 1995 dengan sistem komputer bernama JATS, atau Jakarta Automated Trading Systems.
5. BEI Punya 32 Indeks Saham
Seiring waktu berlalu, pasar modal Indonesia berkembang. Dengan jumlah saham tercatat yang mencapai ratusan, BEI mulai membuat indeks-indeks saham untuk mempermudah klasifikasi dan pengukuran kinerja saham berdasarkan kategori.
Secara sederhana, indeks saham adalah daftar kelompok saham berdasarkan kategori. Jakarta Islamic Index, misalnya, adalah saham-saham yang masuk kategori saham syariah. Sementara Index LQ45 adalah daftar saham dengan likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar besar, dan fundamental yang kuat.
Indeks yang kerap menjadi acuan untuk investor pemula adalah IDX LQ45.
6. Jumlah Investor Pasar Modal Mencapai 11,6 Juta Orang
Berdasarkan catatan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), hingga Mei 2023, jumlah investor pasar modal Indonesia mencapai 11,6 juta orang. Masih terbilang sedikit bila dibandingkan dengan jumlah penduduk produktif di Indonesia.
Dari total jumlah investor itu, sebanyak 37,27% adalah investor perempuan, dan 62,73% adalah investor laki-laki. Sebanyak 57,81% investor adalah investor berusia di bawah 30 tahun, 22,94% berusia 31-40 tahun, 11,11% berusia 41-50 tahun, dan sisanya berusia di atas 51 tahun.
Jumlah aset terbesar dimiliki oleh investor berusia di atas 60 tahun, yakni senilai Rp759 triliun! Sementara total nilai aset di pasar modal Indonesia mencapai Rp1.302 triliun.
Demikianlah ulasan lengkap tentang fakta menarik tentang pasar modal Indonesia yang saat ini sudah berusia 46 tahun. (NKK)