Dia menjelaskan, kinerja perseroan sangat ditentukan oleh efisiensi biaya serta pencapaian target volume produksi batu bara. Sementara itu, average selling price (ASP) berada di luar kendali langsung perseroan karena sangat dipengaruhi oleh faktor global, terutama keseimbangan pasokan dan permintaan batu bara dunia.
"ASP dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya supply dan demand global. Ada hal-hal yang berada di luar kontrol kami," kata Lie.
Oleh karena itu, AADI menempatkan efisiensi operasional sebagai strategi utama. Dengan struktur biaya yang kompetitif, perseroan menargetkan tetap mampu membukukan tingkat profitabilitas yang sehat meskipun harga jual batu bara berfluktuasi.
"Kami fokus bagaimana memproduksi batu bara seefisien mungkin agar dapat mencatatkan profitability yang baik," tuturnya.
Terkait rencana pembelian kembali saham (buyback), Lie mengungkapkan bahwa perseroan sebenarnya telah memperoleh persetujuan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) sebelumnya. Buyback tersebut disiapkan sebagai langkah antisipatif untuk merespons tekanan pasar yang sempat terjadi secara luas di Bursa Efek Indonesia (BEI).