IDXChannel - Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya di level 3,5 persen. Salah satunya karena faktor The Fed yang mempertimbangkan proses tapering.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan salah satu pertimbangan BI adalah masih dibutuhkannya tingkat suku bunga yang relatif rendah agar proses pemulihan ekonomi tetap berjalan.
Sementara di sisi lain, sejalan dengan ancaman tapering dari bank sentral negara-negara maju, BI juga diperkirakan memilih untuk tidak menurunkan suku bunga lebih rendah dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar.
"Malam lalu, The Fed mengumumkan bahwa The Fed akan mulai mempertimbangkan proses tapering pada pertemuan-pertemuan berikutnya, dengan melihat arah indikator perekonomian. Dalam pertemuan The Fed tersebut juga, para anggota The Fed memproyeksikan bahwa kenaikan suku bunga akan terjadi pada tahun 2023, setidaknya 1 kali," kata Josua saat dihubungi di Jakarta, Kamis (17/6/2021).
Dengan kondisi tersebut, BI diperkirakan mulai akan mempertimbangkan normalisasi kebijakan moneter, meskipun di jangka pendek, diperkirakan BI belum akan menaikan suku bunganya.
"Kebijakan BI dalam mempertahankan suku bunganya akan diiringi oleh beragam kebijakan akomodatif berupa QE, serta triple intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar," katanya.
Dalam merespon proses normalisasi kebijakan moneter, BI akan tetap mendorong terciptanya stabilitas nilai tukar dengan melakukan triple intervention di pasar spot.
"USD/IDR, DNDF dan pasar obligasi sebelum mempertimbangkan normalisasi kebijakan moneternya, melainkan melalui langkah-langkah stabilisasi," katanya
Selain itu, BI juga akan mengelola stabilitas perekonomian dengan mendorong pendalaman pasar keuangan termasuk pasar uang sedemikian sehingga kondisi likuiditas dapat terkelola dengan baik. Selain itu, juga memperkuat kerjasama Bilateral Swap Agreement dengan bank sentral global dalam rangka memastikan likuiditas valas.
Lalu, dengan memperkuat kerjasama Local Currency Settlement dengan bank sentral di regional Asia untuk mengurangi ketergantungan terhadap dollar AS. Dengan kombinasi kebijakan tersebut, diharapkan kondisi likuiditas valas akan tetap terjaga yang berimplikasi pada cadangan devisa yang berada dalam level yang solid serta penguatan pendalaman pasar keuangan domestik diharapkan akan membatasi dampak negatif yang berpotensi ditimbulkan oleh normalisasi kebijakan moneter AS. (RAMA)