Sementara, segmen ritel BBM akan terus berkembang melalui ekspansi outlet baru, promosi bahan bakar berkualitas tinggi, serta inisiatif pemasaran lokal yang ditujukan untuk pasar urban dan semi-urban.
Tak hanya itu, bisnis Kawasan Industri di JIIPE diproyeksikan mencatat penjualan lahan sebesar 80–110 hektare, meningkat dari 37 hektare pada 2024. Pemasaran yang agresif, dikombinasikan dengan proposisi nilai JIIPE sebagai kawasan industri terintegrasi, diperkirakan mampu menarik investasi asing langsung maupun domestik.
"Mulainya operasional smelter tembaga dan industri berskala besar lainnya di kawasan tersebut akan meningkatkan permintaan terhadap utilitas dan layanan pelabuhan, yang diharapkan akan mendongkrak pertumbuhan pendapatan berulang," tutur manajemen AKRA.
Lebih lanjut, untuk menjaga profitabilitas yang berkelanjutan, AKRA akan mengedepankan pengelolaan modal kerja yang ketat, peningkatan produktivitas, serta penerapan teknologi digital di seluruh lini operasional.
Perseroan juga akan fokus pada efisiensi energi dan program keberlanjutan guna meningkatkan kinerja ESG, sejalan dengan harapan investor dan pemangku kepentingan.
Per Juni 2024, AKRA mengantongi laba bersih sebesar Rp1,18 triliun, naik 17,65 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp1 triliun.
Pendapatan AKRA di periode ini juga tercatat naik 14,83 persen menjadi Rp21,41 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp18,65 triliun. Secara rinci, pendapatan dari kontrak dengan pelanggan tercatat sebesar Rp21,26 triliun, serta pendapatan sewa tercatat sebesar Rp148,16 miliar.
Berdasarkan segmen produknya, pendapatan perdagangan dan distribusi tercatat sebesar Rp19,48 triliun, segmen pabrikan mencatatkan pendapatan sebesar Rp242,25 miliar, pendapatan logistik sebesar Rp689,63 miliar, serta kawasan industri mencatatkan pendapatan sebesar Rp848,60 miliar.
(NIA DEVIYANA)