Sementara itu, permintaan dari industri stainless steel di China, yang menyerap hampir 70 persen pasokan nikel, tumbuh di angka satu digit.
"Tekanan harga itu kami akan expect akan berlanjut sampai tahun 2030 dan kemudian harapannya akan membaik seterusnya," ujar Arianto.
Dia memperkirakan harga nikel LME akan stabil di kisaran USD15.000 per ton selama satu hingga dua tahun ke depan.
Berbeda dengan nikel, harga emas justru menunjukkan fluktuasi tinggi dan tren positif, didorong oleh ketidakstabilan ekonomi dan geopolitik global.
Sifat emas sebagai aset safe haven membuat permintaan meningkat, terutama dari bank sentral dunia seperti China.
Arianto menyoroti rekor harga emas dunia yang baru-baru ini mencapai USD3.650 per troy ounce pada 9 September. Meskipun sulit diprediksi, harga emas diperkirakan akan bertahan di atas USD3.000 per troy ounce sepanjang tahun ini.
Beberapa publikasi internasional bahkan memprediksi harga emas bisa mencapai USD3.800.