IDXChannel - Bursa Efek Indonesia (BEI) meluncurkan Indeks IDX LQ45 Low Carbon Leaders sebagai bentuk komitmen terhadap kebijakan perubahan iklim. Melalui indeks baru ini, bursa mengeluarkan saham-saham perusahan yang berasal dari industri batu bara.
Sekretaris Perusahaan BEI, Yulianto Aji Sadono mengatakan peluncuran indeks ini bertujuan untuk mengurangi eksposur intensitas emisi karbon atas portfolio sebesar minimal 50% dibandingkan dengan Indeks LQ45 sebagai parent index.
"Peluncuran Indeks IDX LQ45 Low Carbon Leaders merupakan upaya BEI berpartisipasi dalam agenda Keuangan Berkelanjutan dalam Presidensi G20 Indonesia 2022," kata Yulianto dalam keterangan resminya, Jumat (11/11/2022).
Yulianto memaparkan konstituen IDX LQ45 Low Carbon Leaders akan ditentukan melalui pengurangan konstituen dan menyesuaikan bobot saham konstituen indeks LQ45 dengan memperhitungkan intensitas emisi karbon.
Sebelum melakukan pemilihan konstituen IDX LQ45 Low Carbon Leaders, BEI akan menghitung intensitas emisi karbon dari konstituen indeks LQ45 dengan mengambil data dari Laporan Berkelanjutan Perusahaan Tercatat. Intensitas emisi karbon didefinisikan sebagai nilai total emisi GRK Scope 1 dan Scope 2 (dalam ton CO2e) relatif terhadap pendapatan (dalam miliar Rupiah).
Selanjutnya, dilakukan penghitungan intensitas emisi karbon atas portofolio yang diperoleh dari penjumlahan intensitas emisi karbon dari masing-masing konstituen LQ45 yang telah dikalikan dengan bobotnya.
"Intensitas emisi karbon atas portofolio indeks LQ45 ini yang menjadi acuan untuk dilakukan penurunan hingga paling tidak 50%," terangnya.
Proses Pemilihan Konstituen
Proses pemilihan konstituen dilakukan bursa dengan mengeluarkan barisan saham perusahaan yang berasal dari industri batu bara, yang tertuang dalam indeks IDX Industrial Classification (IDX-IC).
Langkah kedua adalah melakukan penyesuaian bobot konstituen indeks LQ45 yang tersisa relatif terhadap konstituen lain di sektor serupa. Penyesuaian ini dilakukan dengan menambahkan bobot atas saham yang memiliki intensitas emisi karbon di bawah rata-rata, serta mengurangi bobot atas saham yang memiliki intensitas emisi karbon di atas rata-rata.
Ketiga, bursa akan menghitung kembali intensitas emisi karbon atas portofolio. Apabila intensitas emisi karbon atas portofolio setelah penyesuaian turun setidaknya 50% dari intensitas emisi karbon atas portofolio indeks LQ45, maka saham-saham dan bobot tersebut akan digunakan sebagai penghitungan indeks IDX LQ45 Low Carbon Leaders.
Apabila intensitas emisi karbon atas portofolio setelah penyesuaian masih di atas 50% dari intensitas emisi karbon atas portofolio indeks LQ45, maka saham-saham dengan intensitas emisi karbon terbesar akan dikeluarkan hingga tercapai target penurunan intensitas emisi karbon atas portofolio setidaknya 50%.
Sementara itu, untuk menjaga keterwakilan sektor dari indeks LQ45, maka perusahaan yang menjadi satu-satunya perwakilan sektor tidak akan dikeluarkan.
BEI menambahkan bahwa penghitungan indeks ini menggunakan metode Adjusted Market Capitalization Weighted yang disesuaikan berdasarkan rasio free float dan intensitas emisi karbon.
Adapun bursa juga menerapkan pembatasan bobot saham (cap) paling tinggi sebesar 15% yang disesuaikan pada saat evaluasi. Indeks ini juga telah dihitung sejak hari dasarnya pada 2 November 2020 dengan nilai awal 100.
Bursa akan melakukan evaluasi berkala atas indeks ini, terdiri dari evaluasi mayor dan minor. Evaluasi Mayor bertujuan untuk melakukan pemilihan serta pembobotan ulang atas konstituen indeks yang akan dilakukan pada akhir Januari dan Juli.
Sedangkan, Evaluasi Minor bertujuan untuk memperbarui faktor free float dan intensitas karbon serta melakukan pembatasan ulang atas bobot saham yang akan dilakukan pada akhir Mei dan November. Hasil evaluasi indeks akan berlaku efektif di Hari Bursa ketiga pada bulan berikutnya.
"Ke depan, Indeks IDX LQ45 Low Carbon Leaders dapat dijadikan acuan bagi penciptaan produk investasi berbasis indeks, seperti reksa dana indeks maupun Exchange Traded Fund (ETF) atas indeks atau panduan bagi investor untuk dapat mengurangi eksposur intensitas emisi karbon di portofolio investasinya," pungkas Yulianto.
(DES)