IDXChannel – Direktur Utama PT Krakatau Steel (persero) Tbk (KRAS), Silmy Karim, menyebutkan bahwa proyeksi kebutuhan baja dalam negeri pada 2020 tumbuh terkoreksi akibat pandemi Covid-19, jika dilihat dari pertumbuhan 2019 hingga 2025, seharusnya hal itu bisa dipenuhi oleh produsen domestik dan hanya impor yang tidak bisa diproduksi saja.
“Dan impornya juga harus lebih selektif, jangan yang impor hal-hal yang bisa dibuat di Indonesia,” kata Silmy Karim.
Ditambahkan Silmy, secara trend kebutuhan baja dalam negeri terus meningkat. Seperti di 2022, kebutuhan baja dalam negeri bisa mencapai 19 juta ton dan terus meningkat hingga 23,34 juta ton di tahun 2025. Meski demikian, pandemi Covid-19 memengaruhi over supply baja dipasar global, sehingga produsen baja mencari negara-negara yang nampaknya empuk untuk dapat dimasuki, salah satunya Indonesia.
“Sebenarnya, penurunan permintaan itu kan global. Dan Indonesia sendiri konsumsi perkapitanya masih rendah, jadi peluang di industri baja sangat besar. Bahkan kapasitas pabrik baja di Indonesia itu rata-rata hanya 50%. Artinya, kita punya idle capacity adalah 50%,” Jelas Silmy dalam program Market Review IDX Channel, pada Selasa (23/6/2020).
Dengan menutup impor baja, Silmy berusaha untuk tetap mengoptimalkan kapasitas yang sudah terpasang. Dtegaskannya, bahwa alasan importir itu seribu macam maka tinggal melihat bagaimana faktanya apakah betul-betul dibutuhkan.