sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Bernaung di Bawah CT Corp, Intip Sejarah Saham MEGA

Market news editor Shifa Nurhaliza Putri
26/10/2022 15:15 WIB
Sejarah saham MEGA (PT Bank Mega Tbk) perlu Anda cermati saat ini.
Bernaung di Bawah CT Corp, Intip Sejarah Saham MEGA. (Foto: Sejarah Saham MEGA)
Bernaung di Bawah CT Corp, Intip Sejarah Saham MEGA. (Foto: Sejarah Saham MEGA)

IDXChannel - Sejarah saham MEGA (PT Bank Mega Tbk) perlu Anda cermati saat ini. Bank Mega (MEGA) adalah perusahaan Indonesia berbentuk perseroan terbatas dan bergerak di bidang perbankan dan jasa keuangan. Bank ini berkantor pusat di Jakarta dan merupakan bagian dari CT Corp, didirikan pada tanggal 15 April 1969.

Bank Mega berasal dari PT Bank Karman (Karya Aman), yang didirikan pada tanggal 15 April 1969 dan berkantor pusat di Surabaya, dengan kantor pusat yang berlokasi di Jl. Bunga Jepang No. 180-184. Tercatat telah beberapa kali berpindah kepemilikan, pada tahun 1988 menjadi bank non-devis dengan 2 cabang, pada tahun 1989 memiliki aset sebesar Rp 123 miliar.

Kemudian cabang bertambah menjadi 6 cabang dan 4 cabang pembantu yang tersebar di beberapa kota, seperti Jakarta, Malang dan Gresik. Pada 11 Maret 1991, Bank Karman diakuisisi oleh Pudjianto, pemilik Zebra Taxi Surabaya (melalui PT Continental Zebra Taxi) dan Dana Kesejahteraan Pegawai Bapindo, masing-masing memiliki 35-20% saham.

Selain itu, Ade Nasution juga ikut serta dengan kepemilikan 20% saham, dan pemilik sebelumnya sebelum akuisisi, Tjahjono Goenadi yang masih memegang 25% saham minoritas. Setelah diakuisisi, Bank Karman pindah ke Jakarta dan berganti nama menjadi Bank Mega pada 1 Januari 1992.

Setelah diakuisisi, Bank Mega benar-benar menurun efisiensinya dan hampir bangkrut. Saat itu, seorang pengusaha sepatu, Chairul Tanjung (yang kemudian menjadi pemilik CT Corp), memutuskan untuk membeli kembali seluruh saham Bank Mega dari tangan pemilik sebelumnya.

Chairil Tanjung menjual saham di pabrik sepatunya untuk mengambil alih bank kecil tersebut pada tahun 1996. Hingga saat ini, Bank Mega tetap menjadi bank yang 100% dimiliki oleh warga negara Indonesia, sedangkan sebagian besar perusahaan di sektor tersebut adalah sektor keuangan Indonesia yang dimiliki oleh investor asing.

Laporan Keuangan MEGA

PT Bank Mega Tbk. (MEGA) mencatat laba bersih sebesar Rp1,49 triliun pada Q2 2022. Laba turun 4,43% dibandingkan Q2 2021 senilai Rp1,56 triliun. Meski laba bersih turun, pendapatan bunga Bank Mega masih meningkat 0,5% (YoY) dari Rp4,07 triliun menjadi Rp4,09 triliun.

Peningkatan pendapatan bunga dibarengi dengan penurunan beban bunga sebesar 21,34% (YoY) dari Rp1,62 triliun menjadi Rp1,28 triliun. Pendapatan bunga bersih Bank Mega terus meningkat positif sebesar 15,01% (YoY) dari Rp2.44 triliun menjadi Rp2.81 triliun.

Sementara itu, penurunan laba bersih perseroan terbebani oleh laba usaha perseroan yang turun 4,73% (y/y) menjadi Rp1,84 triliun. Selain itu, Bank Mega telah menyalurkan kredit senilai Rp64,38 triliun, naik 22,73% (y/y) dari sebelumnya Rp54,26 triliun. 

Total aset Bank Mega juga meningkat sebesar 6,63% (y/y) dari Rp115,87 triliun menjadi Rp123,55 triliun. Total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun 4.444 Bank Mega meningkat 8,35% (YoY) dari Rp 84,07 triliun menjadi Rp 91,09 triliun. Dari jumlah tersebut, 28,08% DPK berasal dari dana murah (giro/CASA).

Bank Mega dinilai berhasil menekan kredit macet. Hal ini tercermin dari total NPL yang sebelumnya berada pada level 1,26% menjadi 1,16%. Rasio Net Interest Margin (NIM) meningkat dari 4,97% menjadi 5,35%. Dalam hal ini, rasio kecukupan modal (CAR) adalah 22,51%. (SNP)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement