"Krisis energi dapat memicu inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia. Arab Saudi menolak seruan untuk peningkatan produksi tambahan OPEC Plus, dengan mengatakan penghentian pengurangan produksi kelompok itu melindungi pasar minyak dari perubahan harga yang liar, seperti terlihat di pasar gas alam dan batu bara," ucapnya.
Sementara itu, sentimen dalam negeri akan dipengaruhi dari rilis laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan neraca perdagangan pada September 2021 mencatatkan surplus sebesar USD4,37 miliar.
Tren surplus berlanjut sejak Mei 2020 dan telah mengalami surplus selama 17 bulan berturut-turut. Kinerja surplus yang impresif tersebut ditopang oleh peningkatan ekspor Indonesia pada September 2021 dengan mencapai USD20,60 miliar, meningkat double digit sebesar 47,64% (yoy).
Berikutnya, dampak tapering mungkin tidak akan terlalu besar mengguncang pasar keuangan Indonesia karena beberapa hal berikut ini. Yang pertama The Fed sudah sangat transparan dalam hal komunikasi terkait perubahan kebijakan moneternya, khususnya prospek ekonomi seperti tingkat inflasi dan angka pengangguran serta kapan tapering akan dilakukan.
Hal ini membuat kebijakan ini sudah diantisipasi cukup lama pelaku pasar dan pembuat kebijakan. Bank Indonesia (BI) sebagai regulator juga terlihat siap mengantisipasi dampak tapering-off dari jauh-jauh hari, termasuk kesiapan untuk melakukan intervensi di pasar spot hingga pembelian SBN di pasar sekunder.