"Yang menggembirakan, rupiah berperilaku jauh lebih baik pada bulan Juli, mengikuti indeks dolar yang lebih rendah," kata dia.
Untuk emerging market, jeda sangat dibutuhkan. Suku bunga USD telah bertahan tinggi lebih lama dari yang diperkirakan banyak investor.
Di Asia, kenaikan suku bunga dalam siklus ini secara umum lebih tenang daripada Fed, yang mengakibatkan periode panjang dimana perbedaan suku bunga tidak menguntungkan.
Selain itu, ada juga tantangan dari USD yang sangat kuat, karena tren ini berbalik, ekonom DBS menduga bahwa mungkin ada lebih banyak minat pada aset EM/Asia secara umum.
"Bagi pemerintah mata uang lokal, IndoGB yang menguat mungkin kembali populer. Spekulasi pelonggaran BI (mengikuti Fed), USD yang lebih lemah, kepemilikan asing yang relatif rendah kemungkinan akan mendorong imbal hasil lebih rendah," tutur dia.
(DES)