IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan, bahkan hampir menyentuh 1 persen pada sesi pertama perdagangan siang ini Senin (24/1). Salah satu penyebabnya diduga berasal dari aksi profit taking investor.
Technical Analyst Mandiri Sekuritas, Hadiyansyah, memaparkan sejauh ini pergerakan indeks acuan utama masih dibayangi penurunan indeks bursa global, khususnya Wall Street yang menunjukkan ada sinyal bearish. Data pasar modal Amerika Serikat akhir pekan lalu menunjukkan Dow Jones Industrial Average (DJI) anjlok -1,30%, S&P500 (SPX) turun -1,89&, dan Nasdaq (IXIC) jatuh -2,72%.
Secara teknikal, koreksi IHSG pada sesi pertama Senin (24/1) sebesar -0,95% di 6.662,67, dinilai merupakan area wajar bagi indeks yang masih akan bergerak sideways selama belum mampu melewati resistance jangka panjang di 6.700 - 6.750 dan support jangka menengah di 6.500-6.550.
"Jika IHSG gagal bertahan di area support 6,500 maka akan memicu koreksi (sinyal bearish awal) untuk tren jangka menengah dengan potensi penurunan di area MA 200 D (per pentutupan 21 Januari 2021 berada dikisaran 6,220)," kata Hadiyansyah, Senin (24/1/2022).
Dari segi fundamental, Head of Technical Analyst PT BNI Sekuritas Andri Zakarias meyakini varian Omicron bukan merupakan katalis negatif bagi pergerakan indeks. Hingga Senin (24/1), Kementerian Kesehatan melaporkan total kasus varian Omicron mencapai 1.626, yang sebagian besar merupakan pelaku perjalanan dari luar negeri (PPLN).
"Isu Omicron saya pikir masih belum terpengaruh ke indeks, polanya sama seperti saat indeks terkena badai Delta di Juli-Agustus. Jadi (penurunan) masih sebatas konsolidasi," tutur Andri kepada MNC Portal Indonesia (MPI), dikutip Senin (24/1/2022).
Andri menilai investor saat ini justru sedang menanti pertemuan komite Federal Reserve yang dijadwalkan pada pekan ini. Kenaikan suku bunga Bank Sentral AS diperkirakan masih menjadi perhatian pasar.
"Senin Selasa (24-25 Januari 2022) akan ada profit taking menjelang pertemuan The Fed karena memang pasar masih ada kekhawatiran kenaikan suku bunga. Investor masih cenderung wait and see," jelasnya
Sebagai catatan, kenaikan yang cukup signifikan terhadap indeks sebesar 1,50% pada penutupan akhir pekan lalu Jumat (21/1) membuat sebagian besar investor mengamankan aset berisikonya tersebut pada perdagangan Senin (24/1). Namun, aksi ambil untung investor masih terbilang wajar, terlihat dari akumulasi investor asing yang berada di angka Rp1,10 triliun dalam sepekan terakhir.
"Saya pikir Omicron tidak terlalu dikhawatirkan pasar. Investor justru melirik saham-saham unggulan saat mengalami koreksi," pungkas Andri.
Senada, Founder Stock Up Kefas Evander menilai IHSG masih akan bergerak di area konsolidasi k edepannya,
"Kalau kita lihat, IHSG kita ini masih berada di fase konsolidasi sejak November 2021 kemarin. Jadi sebenarnya kalau mau dibilang bullish, saya rasa masih belum," ujarnya kepada MNC Portal Indonesia (MPI).
"Jadi memang rawan aksi profit taking, akan tetapi kalau IHSG terkoreksi, market kita masih sangat kuat di atas 6.550. Selama rangenya masih di 6.500-6.700, saya rasa tak masalah," pungkasnya. (TYO)